Malang Post – Kota Malang kembali mengadakan event Tong-tong Night Market. Yang mengusung konsep tempo dulu. Diadaptasi dari akulturasi budaya Indo – European.
Event Tong tong Night Market ini sempat berhenti dua tahun akibat Covid-19. Yakni di tahun 2020-2021.
Event ini diadakan selama tiga hari berturut-turut. Mulai 29 Juli sampai 31 Juli 2022. Pukul 15.00-22.00 WIB di area Taman Tjerme , Jl.Cerme No. 16 Malang. Di depan The Shalimar Boutique Hotel.
Tong-Tong Night Market berkonsep klasik tempo dulu. Semua penjual menggunakan pakaian adat. Seperti kebaya dan jarik bermotif parikesit, geringsing atau rawan. Juga dilengkapi dengan ikat kepala berupa udeng potehi ponco miring. Maupun blankon dan alas kaki berupa terompah.
Dengan nuansa stan yang tematik dan beratapkan rumbia, berangka kayu dan area display makanan, yang terselimuti anyaman bambu. Semakin menambah kesan tempo dulu di event ini.
Acara dibuka oleh Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko. Diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang didampingi oleh Arumi Bachsin. Termasuk dihadiri Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susanto, pejabat Duta Besar Kerajaan Belanda, Lambert Grijns dan Owner The Shalimar Boutique Hotel, Lily Jessica Tjokrosetio.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporpar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, juga ada diantara tamu.
“Konsep Tong Tong Market ini, seperti Malang Tempoe Doloe. Yang dijual juga ada gulali, cilok dan kupang. Jadi pemberdayaan UMKM kuliner berkonsep adaptasi budaya dari Indo – European.”
“Sementara itu, saat ini wisatawan di Kota Malang sedang puncak-puncaknya. Sampai Juli ini sudah 5,6 juta wisatawan yang tercatat di Dinas Pariwisata.”
“Kegiatan Tong Tong Night Market ini adalah agenda dari Hotel Shalimar. Tetapi sudah masuk kedalam kalendernya Dinas Pariwisata.
Harapannya kegiatan yang mengusung tema Heritage dan UMKM ini, dapat terus dilakukan secara rutin setiap bulan Juli. Agar masyarakat dapat menikmati wisata kuliner Heritage bernuansa Indo-European setiap tahunnya,” kata Ida Ayu.
Sementara Toni Harsono, pegiat Wayang Potehi Gudo Jombang, bertutur soal wayang yang juga ada di Tong Tong Night Market.
Katanya, Wayang Potehi bercerita tentang kepahlawanan. Karena wayang merupakan tuntunan, tatanan dan tontonan.
“Tapi karena sekarang wayang potehi bebas tampil dimana-mana, kita bisa menceritakan cerita-cerita lokal. Seperti geger Pacinan yang ditulis oleh Daradjadi atau apa saja bisa.
Wayang potehi dapat ditonton semua kalangan maupun usia. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk menjelaskan isi ceritanya. Untuk pembukanya menggunakan Bahasa Hokkian, yang merupakan salah satu bahasa dari rumpun bahasa Min Selatan, dari region Minnan di Tiongkok.”
“Wayang Potehi ini berada di Indonesia sejak 1600. Di Kota Malang, sering tampil di Klenteng dan di beberapa tempat lain. Tapi untuk di acara Tong Tong Night Market ini baru kali ini. Wayang Potehi telah tampil di mancanegara seperti Jepang, Taiwan, Pena, Belanda,” jelasnya.
Sedang salah seorang pengunjung, Vina dari Sukun, mengaku tertarik menghadiri event Tong Tong Night Market, setelah melihat Instagram.
“Ternyata untuk membeli makanan, menggunakan Kupon Golden. 1 Kupon Golden seharga Rp8 ribu. Nama makanannya menggunakan nama yang unik-unik. Saya datang ke acara ini tertarik dengan wisata kulinernya. Terutama menu bakso gorengnya yang rasanya mantap,” ujarnya.
Acara juga dimeriahkan oleh Pelukis Sadikin Pard, yang merupakan pelukis difabel berbakat dari Kota Malang, yang dikenal di Indonesia bahkan hingga mancanegara.
Sadikin tergabung di AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artists) di Swiss.
Pengunjung dapat melihat dan menikmati musik keroncong, yang bertemakan perjuangan Indonesia oleh Keroncong Nyelentang. (*)