Malang Post – Rencana pemerintah kota (Pemkot) Malang, lewat Dinas Lingkungan Hidup (DLH), akan membangun ulang (face off) Alun-Alun Tugu, yang berada di depan Balai Kota dan DPRD, mendapatkan kritikan tajam dari lapisan masyarakat.
Salah satunya dari warga Oro-Oro Dowo, Klojen yakni Budi Santoso (51). Dia tidak setuju akan wacana Pemkot Malang merubah bentuk Alun-Alun Tugu. Pemkot mesti paham akan sejarah berdirinya Bundaran Tugu tersebut.
“Terpenting lagi, merubah Bundaran Tugu tidaklah sedikit biayanya dan bukan satu hal urgent. Masih banyak perlu diperhatikan lebih serius lagi. Seperti banjir dan macetnya di Kota Malang. Jangan mengerjakan hal yang tidak urgent,” kata Budi keseharian lewat di situ.
Hal senada dikatakan Eko Jeep, warga Sawojajar menanggapinya, Pemkot Malang boleh berkeinginan memperbaiki kotanya. Akan tetapi, lebih bijaksananya bila pembangunannya berkaitan langsung dengan masyarakat.
Persoalan penting dan mesti diseriusi saat ini masalah banjir dan macet. Belum lagi, persoalan pembebasan lahan cucian mobil milik warga untuk kepentingan umum belum kelar hingga sekarang.
“Anggaran yang hanya Rp1 miliar sekian, tidak mampu terselesaikan. Kok sekarang malah milih berencana membangun bundaran tugu, itu nilainya besar. Jika tidak salah dengar Rp3 miliar sekian,” kata Eko seraya bernada heran.
Pernyataan Eko Jeep dikuatkan oleh seorang pemerhati sosial masyarakat, yakni Surya Widodo menegaskan, Pemkot Malang bolehlah berkeinginan rencana seperti itu. Dan sebagai kuasa anggaran, memiliki kebebasan dalam membangun apapun.
Tapi rencana itu, bisa berjalan atau tidaknya dikembalikan kepada DPRD. Apakah berani menyetujui apa tidak atas anggarannya tersebut. Kalau keduanya saling mendukung, masyarakat bisa menolak apa.
“Namun begitu, Pemkot akan lebih bijak dan lebih peka, ketika ingin menyerap anggaran pembangunan. Akan lebih berwibawa dan lebih terhormat lagi, manakala lebih fokus pada Kemacetan dan banjir. Supaya warganya tidak menderita lebih parah lagi, ketika musim hujan tiba,” tegas Surya. (Iwan – Ra Indrata)