Malang Post – Kebijakan Pemerintah untuk menerbitkan aturan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng (Migor) curah, menjadi Rp14 Ribu per liter, yang sebelumnya hanya Rp11.500 per liter, berdampak pada pengusaha kecil.
Harga migor yang semakin melambung tinggi dan langka, membuat salah satu produsen kerupuk rumahan di Desa Penarukan Kecamatan Kepanjen, memutuskan memberhentikan pegawainya.
“Per hari ini (Kamis 16/3/2022) produsen kerupuk kami hentikan. Hanya sibuk menjemur kerupuk saja di panas terik matahari,” ucap pemilik produsen kerupuk rumahan, bermerek ‘Sahabat’, Surono (51) saat ditemui awak media, Kamis (17/3/2022).
Surono menjelaskan, penggorengan kerupuk itu berhenti karena harga minyak goreng mahal. Harga di pasar langganannya, per liter sudah mencapai harga Rp24 ribu.
“Iya karena mahal nekek gulu (mencekik leher). Saiki wes dadi 24 ewu (Sekarang sudah menjadi Rp24 ribu) satu liternya, ya gak mau beli,” jelasnya.
Padahal, lanjut Surono, akibat kenaikan harga migor yang terjadi sekitar dua minggu terakhir, mengakibatkan kerugian mencapai Rp30 juta.
“Itu kalau diakumulasi sudah tekor (Merugi) Rp30 juta. Tapi tetap saya lanjutkan produksi karena kasian karyawan saya yang ada 10 orang. Jadi tetap saya lanjut. Kalau saat ini, terpaksa saya harus berhentikan sementara,” terangnya.
Surono menegaskan, dalam satu harinya produsen kerupuk ‘Sahabat’ ini membutuhkan 15 jurigen minyak goreng. Satu jurigennya berisi 16 liter minyak goreng.
“Kebutuhan itu untuk sehari. Basanya saya memproduksi 8 kuintal tepung kanji untuk kerupuk dalam sehari. Kejadian seperti ini, baru pertama kali dialaminya. Saya harap cepat stabil harga minyak supaya karyawan saya bisa kerja lagi,” pungkasnya. (Ra Indrata)