Malang Post — Prof Dr Muhammad Fadhil Al Jailani Al Hasani Al Huseini Hafidzahullah Al-Jailani, adalah cucu ke-25 dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Berawal dari mandat sang kakek yang menemuinya melalui mimpi, agar mencari kitab karyanya yang tersebar di penjuru dunia.
Setelah yakin, Syekh Fadhil pun memantapkan diri untuk melakukan amanah itu. Diteruskannya keliling dunia menyebarkan syiar kitab karya sang kakek. Hingga tiba di Indonesia
Istimewanya, Universitas Islam Malang (Unisma) mendapat kesempatan pertama, menggelar soft launching dan seminar Tafsir Al Qur’an Jailani versi Terjemahan Berbahasa Indonesia. Dilaksanakan Sabtu (5/4/2022) bertempat di Masjid Ibnu Sina Unisma.
Dalam kesempatan tersebut, Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani melalui penerjemahnya, juga menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia. Ia mengaku sudah sering melawat ke Indonesia sejak lima belas tahun yang lalu. Dari kunjungannya itu, ia kagum dengan Indonesia karena warganya begitu mencintai kakeknya.
“Sampai dengan hari ini, di kampus Unisma ini, saya juga begitu bahagia ketika seorang Rektor terpandang seperti Prof Maskuri mengatakan di Unisma, setiap awal kegiatan selalu diawali dengan bacaan Al Fatihah dan bertawasul kepada Syekh Abdul Qodir Al Jailani,” ujar Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani.
Ia merasa sangat kagum dengan budaya yang dibangun Unisma. Selain melihat Unisma sebagai miniatur akademik tertinggi di kalangan NU, sekaligus menilai reputasi Unisma sebagai PTNU yang sangat baik. Tak hanya di kancah nasional namun juga internasional.
“Sungguh air mata ini menetes bangga dan Insyallah kapan pun rumah kami di Turki selalu terbuka untuk Rektor Unisma beserta jajarannya”, tuturnya.
Sementara itu dalam rangkaian soft launching dan seminar Tafsir Al Qur’an Jailani tersebut Rektor Unisma Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si juga mengaku bangga.
Karena Unisma adalah kampus yang berbasis ahli sunnah waljamaah. Keberadaan Universitas Islam Malang diawali dari keinginan, semangat dan gagasan para tokoh masyarakat, ulama dan cendekiawan muslim di kalangan Nahdlatul Ulama di Kota Malang. Untuk mendirikan Perguruan Tinggi Islam yang besar, berkualitas dan mandiri.
“Oleh sebab itu, sudah menjadi bagian dari kita untuk menyiarkan Islam yang Lil Alamin. Termasuk mengundang guru besar tokoh yang dikagumi langsung,” ujar Prof Maskuri.
“Apalagi ini adalah launching pertama di Indonesia, dengan dihadiri langsung oleh Prof Dr Muhammad Fadhil. Tentu kita begitu bangga”, jelasnya.
Tafsir Al Jailani, lanjutnya, dapat dipahami sebagai suatu pembelajaran yang lebih komprehensif untuk memahami Al Qur’an. Terlebih, nilai Al Qur’an di dalamnya betul-betul rahmatallilalamin. Tidak sekedar membicarakan satu atau dua umat. Melainkan seluruh umat dan sekaligus bagaimana memanusiakan manusia
Kini, tafsir berbahasa Indonesia ini telah menambah jumlah koleksi Tafsir Al Jailani yang sudah mencapai puluhan di perpustakaan Unisma. Dengan demikian, diharapkan akan menjadi salah satu sumber literasi untuk membangun kualitas SDM hingga spirit dalam membangun budaya peradaban.
Karya-karya tafsir Al Jailani ini, diharapkan dapat memberikan banyak referensi dan layak menjadi literasi dari umat Islam Indonesia untuk membangun jiwanya, membangun pola pikirnya, sikap, perilaku sekaligus spirit dalam membangun budaya peradaban.
“Apalagi buku Al Jailani yang menjadi rujukannya NU. Sehingga beliau tertarik dengan Unisma, beliau bahkan mengundang kita untuk datang ke Turki dan bekerja sama dengan beberapa PT di sana,” pungkasnya. (yan)