
Malang Post – Memiliki tujuan mulia dengan membantu sesama, ternyata memberi berkah tersendiri bagi tiga mahasiswa Universitas Widyagama (UWG) Malang.
Mereka adalah Reza Rafi Saputra (Teknik Sipil/Fakultas Teknik), Duwi Yudhanengtyas Galularasti Maharni Putri (Fakultas Hukum) dan Toifin Nanang Prasetyo (Teknik Sipil).
Tiga mahasiswa tersebut mendapat hibah pendanaan dari program Innovillage dari PT Telkom bersama Telkom University
Innovillage sendiri adalah program kompetisi sociopreneurship di bidang teknologi digital pada kampung halamannya untuk terlibat memberikan solusi.
Bentuk karya bakti mahasiswa tersebut yakni bermitra dengan Pemdes Bedali. Di dalamnya melibatkan komunitas yakni Omah Difabel.
Komunitas ini memiliki produk batik ciprat, telor asin dan bengkel alat bantu disabilitas untuk umum. Namun mereka terkendala dengan pemasaran produknya.
Ketua tim Rafi Saputra, mengatakan melihat kondisi tersebut, timnya lalu berdiskusi dengan Omah Difabel yang sudah memiliki produk batik Ciprat.
Selama ini dikerjakan oleh difabel. Mereka membantu membuatkan website untuk penjualan dan aplikasi keuangan.
“Kami datang ke Omah Difabel untuk membantu apa yang diperlukan. Kendalanya antara lain di pemasaran dan produknya. Kami juga membuatkan website,” ungkap Rafi Saputra.
Ketiga mahasiswa ini, dibimbing oleh Arie Restu Wardhani PhD, Wakil Dekan FT UWG.
Komunitas Omah Difabel berada di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Batik Ciprat Omah Difabel menurut Ken Kerta, Ketua Linksos, awalnya tidak ada pembeda dengan batik ciprat lainnya.
Dalam proses pembuatannya, alat cap gunung dicapkan di bahan kain dulu di bagian bawah. Cap gunung itu membuat bahan batik itu seperti ada pinggirannya.
Gunung-gunung itu yang mengelilingi Malang. Gunung Semeru juga tampak dari Malang karena merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Ini juga ada filosofinya agar karya batik cap Ciprat bisa sampai kemana saja. Serta ada cerita tentang gunung bahwa di Omah Difabel ada timsus difabel yang suka naik gunung.
Dikatakan Ken, jika adanya website berdampak pada penjualan, maka Omah Difabel juga akan melakukan inklusi dengan melibatkan masyarakat sekitar.
“Seperti saat pandemi awal dulu. Ada warga yang terdampak yaitu pekerja konveksi. Kami juga melibatkan masyarakat membuat masker,” terang Ken.
Sedang Rektor UWG Dr Agus Tugas Sudjianto MT sangat mengapresiasi pengaplikasian program Innovillage di Desa Bedali Lawang diapresiasinya.
“Saya berharap dengan pelatihan membuat produk batik, dan sudah ada alat capnya. Maka ada kegiatan usaha nantinya,” tutup Agus. (yan)