Malang Post — Seminggu lebih rumah korban Suradi menjalani renovasi atau perbaikan. Sejumlah warga menduga, suara gaduh alat pertukangan membuat kondisi kejiwaan Hudi menjadi labil. Ia mengalami banyak perubahan.
“Di rumah korban memang ada perbaikan Mas. Bagian gentingnya. Sudah 10 harian. Lima harian, sikap dan bahasa Hudi alami perubahan,” sebut Eko, kepala desa Jambangan Dampit.
Perubahan itu diantaranya pemakaian bahasa Hudi. Mantan debt Collector itu yang biasa berbahasa Jawa, mulai memakai bahasa Indonesia. Ia juga mulai tidak mengenal warga dekat rumahnya. Dari pendiam, mendadak ia berubah.
Sebenarnya, Hudi baik dan tidak bersikap aneh. Ia juga membantu sang bapak saat mencari rumput. “Biasanya pendiam. Kadang membantu Pak Suradi mencari rumput,” ungkap Eko kepada DI’s Way Malang Post.
Kemarin pagi, sebenarnya belum dilaksanakan perbaikan. Para tukang juga belum siap untuk bekerja. Sebab itu, masih tertata rapi tiga buah gelas kopi dan alat-alat pertukangan.
Sementara itu, hasil otopsi jenazah Suradi didapatkan dugaan alat yang dipakai pelaku. Yakni remuknya bagian kepala belakang korban. Ada pula luka gorok di leher korban.
“Hasilnya ada luka Mas di kepala. Seperti dikepruk palu. Dan luka gorok leher,” kata Eko Budi melalui sambungan ponsel. Kemarin sore, jenazah korban selesai di otopsi dan langsung dibawa ke Dampit. Sedangkan kondisi Ponimi semakin membaik. Ia tidak dirawat itensif di rumah sakit melainkan rawat jalan.
Ya, barang bukti selain senjata tajam jenis sabit, pihak kepolisian juga menyita sebuah palu atau alat tukang. Palu itu berada dalam kotak alat tukang. Di bagian kepalanya terdapat bercak darah diduga darah korban Suradi. (yan)