Malang Post – Penanganan stunting masih menjadi perhatian Pemkot Batu. Bertepatan pada Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2021 Pemkot Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) meluncurkan Pos Gizi Penanganan Stunting (Posting).
Secara teknis, Posting berfungsi seperti Community Feeding Center (CFC).
Merupakan suatu program berbasis masyarakat untuk memantau dan mengatasi kondisi balita kurang gizi di lingkungannya.
Seperti diketahui, angka stunting di Kota Batu saat ini masih diangka 13,8 persen. Data tersebut diperoleh dari 8.559 balita yang mengikuti bulan timbang pada Agustus lalu. Dari jumlah tersebut, ditemukan 1185 balita di Kota Batu yang menderita stunting.
Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso mengatakan, faktor utama penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi pada 1000 hari pertama seorang anak setelah dilahirkan. Selain itu juga dipengaruhi karena kurangnya edukasi kepada calon pengantin.
“Berdasarkan penelitian, penyebab stunting lainnya karena remaja putri menderita anemia. Apalagi saat ini hampir 33 persen remaja putri menderita anemia. Adanya temuan itu sangat diperlukan edukasi kepada remaja putri. Untuk senantiasa mengkonsumsi vitamin dan makanan sehat,” jelas Punjul usai menghadiri HKN ke 57, Selasa (30/11).
Dia membeberkan, khusus di Kota Batu, salah satu faktor penyebab stunting yang pernah dilakukan penelitian adalah limbah ternak. Karena banyaknya peternak yang membuang limbah ke aliran air. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami akan mengedukasi para peternak agar limbahnya tak dibuang ke aliran air. Dan dimanfaatkan menjadi kompos atau biogas,” katanya.
Kata Punjul, daerah paling banyak penderita stunting di Kota Batu berada di Desa Giripurno, Gunungsari, Junrejo, Kelurahan Temas dan Sisir. Untuk mengatasi hal tersebut pihaknya telah memberikan tablet penambah darah kepada remaja putri, pendampingan dan imunisasi lengkap.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyampaikan, melalui Posting balita yang menderita stunting akan diberikan program perawatan intensif selama tujuh hari. Dengan memperhatikan pemberian kalori untuk membantu tumbuh kembang anak.
“Makanan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Karena kebanyakan orang tua hanya memberikan asupan makan sejenis kepada anaknya. Padahal harus disesuaikan antara gizi dan jumlah proteinnya,” ujar dia.
Kata Kartika, stunting bisa diintervensi jika diketahui sejak awal. Namun ketika kondisinya sudah terlanjur lama, kecil kemungkinan untuk bisa sembuh. Meskipun bisa diupayakan dengan melakukan olahraga secara teratur.
“Meski sudah dilakukan upaya tersebut, kemungkinan sembuh masih sangat kecil. Sehingga harus dilakukan deteksi sejak dini. Maka dari itu keberadaan Posyandu dan kedisiplinan orang tua untuk mengontrol anaknya secara rutin sangat perlu,” ujarnya.
Kartika mengutarakan, jika selama tiga bulan seorang balita tak mengalami kenaikan berat badan, hal itu menjadi warning bagi orang tua. Dikhawatirkan sang buah hati menderita stunting. Penyebab utamanya karena pola asuh yang salah.
Karena kebanyakan orang tua tak mau anaknya rewel. Sehingga makanan apapun diberikan kepada sang buah hati asalkan mau diam.
“Selain itu pernikahan dini juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting. Maka dari itu pra nikah sangat diperlukan bagi calon pengantin,” tandasnya. (yan)
1 thought on “1185 Balita di Kota Batu Kena Stunting, Posting Diluncurkan”