Malang Post – Mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan kelas khusus Profesional Udang.
Melalui Humas UMM, Kamis (12/8/2021) disampaikan. Kelas khusus tersebut dilaksanakan Senin (9/8/2021).
Mengundang dua pakar, digelar online karena masih pandemic. Agendanya membahas tantangan dalam budidaya udang. Pesertanya para mahasiswa yang berminat di bidang budidaya udang.
Head of TS dan Training Center dari PT Suri Tani Pemuka, Sarwana. Sebagai narasumber mengatakan. Bahwa overfeeding dan penyakit merupakan dua di antara berbagai masalah dalam budidaya udang.
Pembicara yang berasal dari Aquafeed Division ini menyampaikan. Pemberian pakan umumnya menggunakan metode tradisional dengan cara ditebar.
Inilah yang berpotensi sebagian pakan tidak sampai dan tidak termakan oleh udang (overfeeding).
“Hal tersebut akan memicu timbulnya penyakit. Akibat menumpuknya limbah sisa pakan di dasar kolam. Untuk itu, sudah saatnya petambak beralih ke sistem budidaya intensif untuk memaksimalkan keuntungan,” ujar Sarwana.
Ada solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Para peternak udang bisa menggunakan alat bernama autofeeder machine.
Mesin ini dilengkapi dengan komponen yang dapat diatur untuk memberikan pakan secara perlahan. Dengan interval waktu tertentu serta dalam durasi yang sudah ditentukan.
Pengaturan otomatis tersebut mempermudah pekerjaan petambak dalam mengontrol jumlah pakan yang akan diberikan pada udang. Dengan pakan yang terkontrol, diharapkan mengurangi limbah sisa pakan di dasar kolam.
Hingga nantinya bisa menjaga kualitas air di mana udang tersebut dibudidayakan.
“Meski demikian, teknologi autofeeder masih memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah pakan yang keluar dari mesin bisa terlontar di luar area tambak,” urai Sarwana.
“Apalagi jika kolam yang dimiliki terlalu kecil. Selain itu, ketika musim hujan, terkadang pellet pakan cenderung lengket. Akibat basah sehingga tidak bisa keluar dari mesin,” ungkap Sarwana.
Sementara itu, Head Divisi FM Technical Service & Lab dari CP Prima, Dr Ir Heny Budi Utari MSi menjelaskan.
Bahwa 90 % kematian dalam budidaya akuatik disebabkan oleh penyakit. Untuk mengatasi masalah tersebut, penerapan biosecurity menjadi solusi yang patut dicoba.
Bisa dimulai dengan memanajemen pakan dan limbah yang baik. Dengan meminimalisir limbah sisa pakan di dasar kolam, kesehatan udang juga akan lebih baik.
“Sudah saatnya para petambak untuk menerapkan manajemen kesehatan dalam pembudidayaan aquatik ini. Bagi para petambak berskala rumah tangga, usahakan memiliki alat untuk mengontrol kualitas air untuk meminimalisir penyakit. Sebut saja alat cek transparansi air, pHmeter dan thermometer,” pungkas Heny. (yan)