Malang Post – Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan cara efektif. Menyediakan air minum kualitas aman (siap diminum) dan tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen. Melalui pendekatan analisis dan manajemen resiko sejak dari pengambilan di sumber, proses pengolahan hingga kran konsumen.
Berdasarkan data evaluasi kinerja BUMD Air Minum 2020, hanya 12 PDAM di Indonesia (3,10 %) yang memenuhi kualitas air minum. Salah satunya Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang. Bahkan menjadi jujugan WHO.
RPAM aspek penting meningkatkan kualitas pelayanan BUMD. Namun, Tugu Tirta tak pelit untuk sharing ilmu. Maka didapuk sebagai narasumber Bimtek & Pendampingan Penerapan RPAM yang diselenggarakan Kementerian PUPR, Selasa (27/7/2021).
Direktur Utama Perumda Tugu Tirta, M Nor Muhlas S.Pd M.Si berkesempatan memaparkan best practice dan implementasi RPAM.
“Salah satu poin keuntungan kami, yakni bersyukur dianugerahi air berkualitas dari sumber-sumber yang ada. Sehingga tidak perlu menggunakan treatment lengkap. Hanya desinfeksi menggunakan gas chlor,” ujar Muhlas membuka paparannya.
Kelebihan ini, ditunjang sistem distribusi. Menggunakan sistem DMA. Memanfaatkan 42 unit reservoir, elevasi wilayah pelayanan yang fluktuatif serta kontinuitas pelayanan 24 jam pada tekanan 0,5 bar.
“Kami melakukan RPAM Continues Improvement. Sehingga bisa melakukan sistem RPAM terintegrasi dan berbasis IT. Ada integrasi dokumen RPAM dengan sistem IT eksisting sebagai bentuk monitoring operasional. Kami membuat sistem SCADA 24/7. Sebagai command center untuk monitoring secara online,” beber Muhlas. Sejumlah tantangan tak menyurutkan semangat Tugu Tirta mengawal RPAM.
“Keterbatasan anggaran tidak menjadikan kami mengurungkan niat mengembangkan RPAM. Ada skala prioritas yang dipertimbangkan. Setelah menganalisa prioritas resiko. Tentu saja masing-masing daerah memiliki problematika yang tidak sama. Maka prioritas resikonya juga berbeda. Sehingga dari situlah kami bisa mengambil keputusan terkait RPAM,” urai pria pecinta seni yang hobi melukis dan bermusik ini.
Karenanya, sejak berkenalan dengan RPAM pada 2012, Tugu Tirta bisa menjalankan. Hingga menjadi salah satu pilot project nasional hingga sekarang. Banyak manfaat RPAM. Diantaranya, bisa mengetahui potensi kejadian bahaya yang beresiko paling besar di SPAM, membuat kinerja SPAM lebih handal, meningkatkan kinerja pelayanan dengan preventive action, menjamin pemenuhan target air minum aman sesuai standar Permenkes serta dapat menjadi dasar pengambilan keputusan untuk pelaksanaan prioritas.
Pada bimtek ini, Ketua Tim RPAM Tugu Tirta, Dra Nanis Setiari MM berkesempatan menjelaskan tambahan materi. Mengenai dasar pelaksanaan, regulasi pendukung, frame work, ikhtisar hingga diagram proses. Dipaparkan juga alasan perlunya pelaksanaan RPAM dikawal secara tepat guna.
“Karena berkaitan erat dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Sifat air yang mengandung mikro organisme di dalamnya berpotensi membawa penyakit. Hal ini berdampak terjadinya diare yang menjadi peringkat ke-7 penyebab kematian. Serta penyebab stunting pada balita,” tutur Nanis.
Manajer Pengawasan Kerja (Wasker) Tugu Tirta ini menambahkan. RPAM penting, karena berdasarkan evaluasi kinerja 2019, sebanyak 380 PDAM di Indonesia belum bisa memenuhi unsur kontinutitas dan level tekanan. Begitu pula untuk tingkat kehilangan air atau NRW masih tinggi, rerata 33,7 5%.
“Padahal standar NRW 20 %. Asumsinya, kehilangan air karena kebocoran-kebocoran kecil di pelanggan,” tukasnya.
Bimtek ini diselenggarakan virtual selama empat hari. Mulai Selasa (27/7/2021) hingga Jumat (30/7/2021). Pesertanya lintas Kementerian dan Lembaga, Pemda dan penyelenggara SPAM serta mitra kerja di bidang air minum. (yan)