Malang Post – Penyebaran virus corona varian Delta atau B.1.617.2 yang meluas cepat disinyalir menjadi penyebab ledakan kasus covid-19 di Indonesia pascalibur Lebaran. Benarkah penularan corona virus Delta terjadi begitu cepat, bahkan hanya melalui berpapasan dengan orang terinfeksi? Benarkah Varian Delta Lebih Cepat Menular?
Menurut dr Devia Irine Putri, mutasi menyebabkan covid varian Delta memiliki tingkat penularan yang lebih cepat.
“Kurang lebih, 3 kali lebih mudah menular dibanding varian pertama,” ungkap dr Devia.
Karakteristik mutasi virus corona terbaru ini begitu luar biasa dan bisa bermutasi dengan sangat cepat. Melansir New York Times, sejumlah ahli kesehatan Amerika Serikat juga mengatakan, varian Delta ini, 50 persen lebih menular ketimbang Alpha.
Meski begitu, persentase penularannya sangatlah bervariasi. Kecepatan penyebaran virus corona Delta sempat dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan New South Wales (NSW), Brad Hazzard.Brad. Ia mengatakan, varian Delta dapat menular melalui kontak kilat. Penularannya bahkan terjadi hanya dalam beberapa detik.
Cepatnya penularan coronavirus varian Delta diketahui usai otoritas NSW melakukan penelusuran kontak erat pasien terinfeksi yang mengunjungi area perbelanjaan Westfield Bondi Junction, Sydney, Australia. Dalam rekaman CCTV, pasien terinfeksi terlihat berpapasan dengan pengunjung lainnya, tanpa kontak fisik sama sekali.
Akhirnya, muncul dugaan bahwa penularan covid Delta terjadi melalui udara dalam hitungan detik. Meski demikian, dr Devia mengatakan butuh penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hal ini.
Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention menduga, tingkat penularan varian delta yang lebih cepat, tidak lepas dari kemampuan varian ini dalam melawan antibodi. Baik pada orang yang pernah terinfeksi maupun yang sudah divaksinasi.
Menurut penelitian di Skotlandia, dampak dari varian covid tersebut, dapat menyebabkan seseorang dua kali lipat lebih mungkin dirawat di rumah sakit. Hal ini dibandingkan dengan mereka yang terinfeksi varian Alpha.
Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan bukti lebih kuat. Mengenai gejalanya, para ilmuwan belum dapat memastikan apakah orang yang terinfeksi Delta benar-benar mengalami keluhan berbeda dengan varian lainnya.
Secara umum, varian B.1.617.2 menyebabkan sakit kepala, pilek, sakit tenggorokan, demam, batuk, kehilangan indera penciuman dan sebagainya. Oleh karena itu, ingat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dan jaga imun dengan baik. (yan)