Manusia seringkali diselimuti oleh kejenuhan, seakan kondisi hidup kini terasa masih kurang dan perlu diisi oleh aktivitas yang sekiranya dapat mengusir rasa jenuh kita. Tak jarang pula kita mengisinya dengan cara yang ekstrem. Dugaan penistaan oleh Jozeph Paul Zhang, tersangka ‘Nabi Palsu’ mungkinkah hal yang dilakukan oleh pria ini 18 April silam dapat dikategorikan salah satu aktivitas yang ia lakukan karena rasa bosan?
Tidak disangka bahwa kejadian seperti ini masih seringkali terjadi terlebih dengan mudah nya akses sosial media memberi celah bagi pelaku tindakan tersebut untuk melaksanakan aksi nya. Joseph mengaku sebagai nabi ke-26 dan menganggap dirinya bebas dari hukum nasional karena kini ia sedang berada di Eropa. Keberadaan nya sempat ditelusuri sebelumnya di Bremen, Jerman, dan ia telah tinggal di lokasi yang sama selama setengah tahun lama nya.
Joseph Paul Zhang telah meninggalkan rumah nya dan menuju ke Hongkong pada 11 Januari 2018, dan masih belum kembali hingga saat ini. Lantas bagaimana bisa aktivitas tidak terpuji yang ia lakukan dapat terkuak oleh media massa? Ia mengupload sebuah video di youtube yang kemudian di dalam nya Joseph mengucapkan banyak kata yang tentu mencela manusia terlebih agama jutaan orang. Hal ini kemudian dilaporkan oleh seseorang yang juga memberitahukan dimana lokasi tempat tinggal Joseph.
Kemarahan warga tentu telah diantisipasi, kita tidak dapat menyalahkan amarah seseorang ketika mengetahui bahwa ada perlakuan yang mencela identitas mereka. Bahkan Brigjen Rusdi Hartono mengambil satu langkah lebih jauh dengan mengeluarkan Daftar Pencarian Orang (DPO) untuk Interpol. Hal ini kemudian dicap sebagai penistaan agama. Namun pertanyaan yang muncul pada benak saat ini adalah, “apakah semua ini sepadan?”.
Joseph sesungguhnya bukanlah siapa-siapa sebelum ia terjangkit kasus ini. Nama nya yang ternyata bahkan bukan nama asli baru terangkat ketika media meliput hal ini. Pria dengan nama asli Shindy Paul Soerjomoelyono ini sesungguhnya hanyalah mengemis perhatian. Masyarakat telah memakan umpan yang ia siapkan dengan begitu cermat nya, hingga ia menciptakan nama palsu Joseph Paul Zhang yang ternyata hanyalah nama channel nya di youtube.
Pembicaraan yang selalu ia mulai di youtube memang seringkali akan memancing perseteruan, dan menambah api kepada tekanan antar agama yang kerap terjadi karena satu dua oknum. Joseph atau yang dapat kita sebut dengan Shindy ini juga mengaku bergelar pendeta, namun bahkan Ketua PGI Gomar Gultom meragukan jabatan itu.
Memang hal pertama yang akan kita rasakan adalah rasa marah, namun sesungguhnya perlu dipikirkan sekali lagi, apakah lebih baik bagi kita untuk berupaya sekeras mungkin menemukan keberadaan pria itu dan menjatuhinya dengan UU ITE. Mungkinkah kita harus memilih jalan yang lebih simple dengan mengabaikan nya dan menganggap eksistensi Paul sebagai sekelebat bayangan di kehidupan kita.
Mungkin sedikit mustahil bagi kita untuk tidak memberi hukuman kepada nya, hal yang paling bijak dilakukan adalah dengan memberinya sanksi sosial. Untuk menghukum seseorang yang bahkan tidak relevan di masyarakat kini sebelum tingkah laku nya diulik oleh media, sekiranya kurang sepadan dengan usaha yang telah pemerintah lakukan dalam menindak aktivitas kriminal lain nya.
Penekanan disini adalah bahwa masih lebih banyak kasus kejahatan di negara Indonesia yang memerlukan perhatian lebih, yang jauh lebih urgent seperti terorisme. Joseph telah menyiapkan banyak cara agar spotlight berada pada dirinya, dan hal itulah yang berhasil ia dapatkan. Ucapan nya yang menantang warga Indonesia dengan mengecap dirinya tidak takut akan hukum sebab ia sedang tidak berada di dalam Indonesia merupakan salah satu bait agar kita semakin resah akan keberadaan nya. Kemudian, ia juga mengaku akan memberi uang kepada mereka yang melaporkan nya ke polisi atas tuduhan pelecehan agama.
Sekiranya, pelecehan ini tentu tidak akan berhenti selama kita ikut bermain mengikuti apa yang telah Joseph rancang dengan baik. Mungkin memang inilah hasil yang selama ini ia harap-harapkan, dengan lagi-lagi memecah pertikaian diantara umat beragama. Terutama ketika situasi masih cukup hangat setelah pengeboman di Makassar bulan Maret silam. Layaknya permainan antar tikus dan kucing, nampak nya si tikus tidak pula lelah berpindah kesana kemari. Kini keberadaan Joseph diduga ada di antara Jerman dan Belanda, di saat yang bersamaan tim Mabes Polri mengerahkan tenaga nya agar tidak kehilangan jejak pria tersebut. Sesuai dengan seperti yang diutarakan oleh Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, 18 April yang lalu, keberadaan Joseph sempat dilacak dan diketahui bahwa ia sempat singgah di Bremen, Jerman selama 6 bulan lamanya.
Pada Jum’at 30 April 2021, Bareskrim telah dilaksanakan koordinasi bersama Direktorat Otoritas Pusat dan Hubungan Internasional dan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Dengan hasil rapat permohonan ekstradisi tersangka pelecehan agama Joseph Paul Zhang. Terlepas dari apakah pria asal Salatiga itu diberi hukuman atau tidak nya, perlu kita sadari bahwa ada beberapa tipikal orang di dunia ini yang memang mengambil rasa kepuasan dengan cara yang dapat dibilang akan merugikan orang lain, dan mereka akan selalu menarget perhatian sebagai sumber rasa senang mereka.
Salah satu nya jalan untuk menghentikan aksi onar tipikal orang yang telah saya sampaikan adalah dengan bertingkah seolah ia di abaikan, memang pada awal nya dapat dikatakan bahwa hal ini dapat merugikan pihak lain namun semakin kita memberikan spotlight kepada seseorang seperti Joseph Paul Zhang akan semakin gencar melaksanakan aksi nya. Semoga apapun keputusan pihak yang berwenang, kasus Joseph Paul Zhang dapat segera diselesaikan agar tidak ada lagi pihak yang tersakiti. (yan)
Penulis : Aura Firdausi Yasmine (Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang)