Malang Post – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu mulai bergerak dalam penanganan pencemaran Kali Kebo, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu. Untuk penanganan pencemaran itu DLH berencana membuat dam penahan limbah.
Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan mengatakan. Pihaknya akan membuat dua titik dam penahan limbah. Berada di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan. Pihaknya menganggarkan, Rp 300 juta untuk pembuatan dua dam penahan limbah tersebut.
“Untuk satu titiknya memakan biaya sekitar Rp 150 juta. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak Dinas Pertanian juga akan turun tangan untuk turut melakukan pengadaan pembuatan biogas,” ujar Aries.
Disisi lain, dirinya berharap kepada pihak Pemdes Pesanggrahan dan Kelurahan Ngaglik untuk turut membantu sosialisasi kepada masyarakat. Agar tidak membuang limbahnya ke sungai.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Batu, Asmadi berharap. Permasalahan pencemaran Kali Kebo itu bisa segara teratasi. Karena seperti diketahui bersama, pencemaran Kali Kebo sudah berjalan bertahun-tahun.
“Kami akan mendukung langkah DLH untuk melakukan pembuatan dam penahan limbah. Untuk dialokasikan pada PAK tahun 2021,“ ujarnya.
Dirinya sangat mendukung adanya trobosan tersebut. Bahkan kalau bisa, pembangunan dam penahan limbah bisa selesai pada tahun ini. Oleh karena itu, dia menuntut pihak eksekutif untuk segara mengambil langkah nyata.
“Upaya nyata dari pihak eksekutif harus segera dilakukan. Sehingga upaya Kelurahan Ngaglik untuk bisa menjadi wisata edukasi ikan bisa segera terwujud. Tanpa adanya kendala pencemaran Kali Kebo,” tegasnya.
Sebelumnya DLH Kota Batu menyebutkan, salah satu sumber pencemaran Kali Kebo, Kelurahan Ngaglik berasal dari PT Mannasatria Kusumajaya Perkasa.
Sebuah industri produsen minuman kemasan sari buah milik Kusuma Agrowisata. Bahwa ada kebocoran pada saluran industri pengolahan air limbah (IPAL) yang masuk ke aliran kali hingga mengalir ke Kali Kebo.
Pihak Kusuma Agrowisata menepis tudingan itu. Mereka juga membuktikan dengan mengajak Malang Post mengunjungi IPAL miliknya. Dengan menunjukkan proses pengolahan air limbah yang diproses secara aerob dan anaerob.
Sejumlah pekerja tampak mengalirkan air limbah ke bak-bak beton untuk dilakukan penyaringan. Selanjutnya, hasil yang telah disaring dialirkan ke bak beton untuk proses aerob.
Kemudian disalurkan pada bak berikutnya untuk pengolahan anaerob.
Pimpinan Divisi Industri Kusuma Agrowisata, Supriyanto mengatakan. Limbah itu terus dilakukan sirkulasi untuk memisahkan endapan. Pihaknya juga melakukan uji laboratorium untuk memastikan proses pengolahan sudah sesuai dengan baku mutu air limbah.
“Di sini kami tempatkan aquarium berisi ikan. Air hasil pengolahan dialirkan ke aquarium ini.
Kalau ikannya mati berarti buruk airnya. Ini buktinya ikan masih hidup,” tutur Supriyanto.
Dalam sebuah kotak juga diletakkan beberapa botol-botol berisi hasil air pengolahan limbah yang telah melewati uji laboratorium.
“DLH waktu itu juga ke sini meninjau IPAL. Mereka juga kaget begitu melihat air hasil pengolahan limbah yang ditaruh pada botol-botol. Karena ini menunjukkan kalau kami betul-betul mengolah limbah agar tidak menimbulkan pencemaran,” katanya.
Ia mengatakan, sisa produksi diolah sedemikian ketatnya agar tak mencemari lingkungan.
Bahkan cairan limbah yang telah diolah bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk cair.
Begitu juga dengan endapan dari hasil filtrasi, dijadikan pupuk padat.
Oleh karena itu, Supriyanto menegaskan, tidak ada saluran IPAL yang bocor. Jika memang terjadi kebocoran pada IPAL, maka sistem tidak akan berjalan baik. Karena, jika ada satu sektor saja yang bocor, maka akan mempengaruhi sistem lainnya.
Meski begitu, pihaknya tetap akan mengikuti arahan DLH Kota Batu agar membuat penampungan sisa sari buah. Rencananya, bak penampungan baru akan dibuat dan selesai dalam tiga bulan ke depan. (yan)