Malang Post – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi. Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau Agustus mendatang. BMKG juga memprediksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpeluang terjadi Mei-Juli.
BPBD Kota Batu, sudah berancang-ancang. Untuk menanggulangi bencana yang bisa saja terjadi di tengah-tengah puncak musim kemarau.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengungkapkan. Ketika musim kemarau datang hingga menyebabkan kekeringan di Kota Batu, belum pernah terjadi. Bencana alam yang sering terjadi saat kemarau, adalah kebakaran hutan dan angin puting beliung.
“Untuk mengantisipasi kebakaran hutan, kami sudah berkoordinasi dengan Perhutani. Sehingga, ketika ada laporan timbulnya titik api, kami tinggal action saja,” ujar Agung, Selasa (1/6/2021).
Dia mengungkapkan, titik lokasi yang paling rawan terjadi karhutla di kawasan Gunung Panderman dan Arjuno. Penyebabnya ada sejumlah faktor Diantaranya, faktor manusia dan faktor alam.
“Untuk faktor alam. Biasanya karena kondisi sudah benar-benar kering. Dibarengi adanya hembusan angin, sehingga menyebabkan gesekan ranting-ranting. Karena gesekan itu, timbullah percikan api, sehingga menyebabkan karhutla,” beber Agung.
Meski begitu, penyebab utama karhutla di Kota Batu adalah faktor manusia. Contohnya seperti membuang putung rokok sembarangan serta tidak dimatikan secara sempurna bekas api unggun.
“Biasanya pendaki itu mematikan api unggun hanya di atasnya saja. Padahal di bagian bawah masih belum mati secara maksimal. Sehingga ketika tertiup angin, bisa menyebabkan karhutla,” tutur dia.
Sementara, untuk penyebab lain terjadinya karhutla adalah perburuan. Banyak pemburu membakar lahan untuk mengarahkan hewan. Tak hanya itu, karhutla juga sering terjadi karena ada petani yang membuka lahan dengan cara dibakar.
“Kata mereka membuka lahan dengan dibakar bisa membuat lahan semakin subur. Namun, banyak petani saat melakukan cara itu tidak mampu mengendalikan kondisi api. Sehingga bisa membahayakan sang pemilik,” ujarnya.
Disisi lain, untuk bencana alam lain saat musim kemarau adalah angin puting beliung. Bencana tersebut, sering terjadi di kawasan Sumberbrantas. Upaya menanggulangi dan mengurangi kerugian akibat bencana angin puting beliung sudah dilakukan.
Telah melakukan penanaman pohon cemara untuk memecah laju angin. Selain itu, pihaknya juga telah memasang alat Early Warning Sistem (EWS) untuk deteksi dini munculnya angin puting beliung.
“Selain itu, kami sudah melakukan pelatihan kepada masyarakat perihal kebencanaan. Jika ada angin puting beliung, lebih baik masuk ke dalam rumah. Ini untuk menghindari masyarakat terkena barang-barang yang berterbangan,” katanya.
Namun, lanjutnya, jika kondisi angin puting beliung diliputi oleh lapisan tanah yang berterbangan. Lebih baik masyarakat langsung melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman. Karena jika ada lapisan tanah yang berterbangan. Jarak pandang masyarakat akan terganggu.
Untuk menanggulangi terjadinya bencana, Agung berpesan kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga alam. Dengan cara, tidak membuang putung rokok sembarangan di hutan, memastikan bekas api unggun mati dengan sempurna, serta tidak melakukan perburuan ataupun pembukaan lahan dengan cara dibakar. (yan)