Malang Post – Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) menjadi salah satu program Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Air Limbah Domestik UPT-PALD Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang. Mulai banyak diminati masyarakat.
Untuk meningkatkan layanan, petugas pun selalu meningkatkan kualitas dan mekanisme penyedotan tinja di setiap rumah.
Kepala UPT-PALD DPUPRPKP Kota Malang Arif Dermawan menjelaskan. Sebelum melakukan penyedotan tinja, tim terlebih dulu akan melakukan survei ke rumah warga.
Survei dilakukan untuk kroscek jarak yang dibutuhkan antara septic tank dengan armada pengangkutan.
“Selaku eksekutor, kita ada jarak satu minggu sebelum terjun ke masyarakat. Misal untuk minggu depannya, hari ini kita melakukan survei untuk melihat berapa jauh jarak armada yang berhenti dengan tangki septic tank,” ungkap Arif.
Setelah survei, petugas memperhitungkan jarak dari titik awal pemberhentian truk ke titik tangki septic tank rumah.
“Semisal kita hanya bisa berhenti di depan gang. Letak rumahnya hanya bisa dijangkau oleh pipa. Setiap pipa kita ukurannya 4,37 meter berjumlah 20 pipa. Kalau semisal jaraknya lebih dari 80 sampai 100 meter, kita cancel,” ungkapnya.
Hal itu dilakukan juga untuk mengurangi risiko terjadinya kebocoran. Sementara waktu, petugas UPT-PALD DPUPRPKP Kota Malang memanfaatkan peralatan yang tersedia, jangkauannya 80 meter sampai 100 meter.
“Jadi untuk sementara ini, kita pelaksanaan 80 sampai 100 meter. Jarak titik mobil ke rumah yang bersangkutan. Termasuk ke tangki septic. Kita juga ada dua meter lagi. Itu dari pipa fleksibel yang biru. Untuk yang belok sama masuk ke tangki septic,” ujarnya.
Terkait pencegahan terjadinya kebocoran, saat melakukan penyedotan lumpur tinja, juga dilakukan. Langkah awal yang akan dilakukan petugas, yakni mematikan mesin penyedot tinja dan pelaksanaan penyedotan tinja dihentikan sementara.
“Terus di area kebocoran itu, kita cari penampung, bisa di bak atau kantong plastik. Untuk mengurangi pencemaran dari lumpur tinjanya itu. Dari wadah yang sudah dipakai untuk mewadahi volume kebocoran itu, kita sedot lagi. Jadi tidak sampai lumpur tinja ini mencemari akses tanah dari armada sampai ke rumah yang bersangkutan atau apalagi dibuang ke sungai,” terangnya.
Ia menuturkan, pernah sesekali mengalami kebocoran. Disebabkan kendaraan bermotor yang tidak sabar saat melintas di perkampungan atau jalan, ketika petugas sedang melakukan penyedotan.
“Itu karena ada selang, lah selangnya itu karena masyarakat kurang sadar bahwa kita ini pelayanan. Jadi mereka untuk menunda perjalanannya sebentar itu, nggak mau mengalah. Akhirnya ada pipa sambungan yang di dalamnya ada volume air lumpur tinjanya, kegencet motor, akhirnya bocor,” ujarnya. (yan)