Malang-Post – Dirut JPNN.com Auri Jaya dari Jakarta dan CEO Ameg (Arema Media Group) Imawan Mashuri dari Malang bertemu di Lawang Jawa Timur, Minggu (23/5/2021) malam.
Mereka bertemu didampingi musisi dangdut koploCak Sodiq New Monata, Pimred Ameg Sugeng Irawan dan wartawan senior yang juga penulis lirik lagu, Damarhuda, di kediaman Imawan Mashuri.
Banyak yang mereka bicarakan. Mulai yang serius, yang ringan-ringan, hingga cerita kangen-kangenan masa lalu yang unik dan menarik. Maklum, Auri Jaya dan Imawan, sama-sama besar dari Jawapos Group. Auri lama bertugas di Jerman ketika Imawan mulai ikut memimpin imperium media itu.
Dalam pertemuan sampai Senin (24/5/2021) dini hari tadi, para bos media inipun saling diskusi sejumlah terobosan yang bisa dilakukan media digital di era dan pasca pandemi mendatang. Membangun sinergi.
Auri –yang kini mampu membawa jpnn.com dan grupnya menjadi media paling bergengsi; top ten online Indonesia– mengatakan, media online atau media yang berbasis digital, saat ini, sedang mencari bentuk. Ini karena perilaku konsumen terus berubah.
“Media digital harus terus mengikuti perubahan, tahap demi tahap yang terjadi pada konsumen. Masalah utama yakni pertumbuhan ekonomi belum tampak dan bahkan kapital juga tidak ada,” katanya.
Karena itu, lanjut Auri, pengelola media digital harus menemukan keseimbangan dengan konsumennya, agar tetap eksis saat pandemi atau pasca pandemi yang akan datang.
Pendapat Auri Jaya ini diamini Imawan. Pendiri dan owner JTV Surabaya serta puluhan media di berbagai daerah ini, setuju bila media digital harus mampu menemukan keseimbangan. “Kalau tidak ikut perubahan, akan tumbang. Seperti media cetak, yang raksasa pun, sekarang ada yang; death man working, mati walaupun masih berjalan. Lalu ambruk,” katanya.
Imawan lantas mencontohkan upaya yang ia lakukan di ameg group yakni dengan pola konvergensi, menyatukan radio, tv, cetak dan online dalam satu platform. Ini adalah upaya menjadikan media eksis. Media itu akhirnya satu; ya media, gitu saja. Di dalamnya ada audio, visual, tulisan termasuk cetak, jadi e-paper. Orang kalau tidak baca cetakan, e-paper, dengar radio. Atau nonton tv, buka online atau dapat dari medsos.
Untuk dunia entertainment, seperti yang digeluti Cak Sodiq New Monata saat ini, ikut dibahas. Dunia hiburan pun, sama dengan media, juga harus bisa mengikuti keadaan saat pandemi maupun pasca pandemi nanti, dengan tetap mengikuti kemauan pola konsumen. Akan ketemu keseimbangannya.
“Sekarang kita jangan berpikir lagi bisa live show ditonton puluhan ribu orang di lapangan, itu masa lalu dan lupakan dulu, tapi di tengah pandemi saat ini perlu mencari terobosan baru misalnya dengan konser hybrid, yang tak perlu banyak orang, tapi benefit. Ditonton jutaan secara digital,” kata Imawan.
Langkah yang dilakukan Cak Sodiq belakangan ini yakni ia banyak mengisi konten di YouTube karena konser secara langsung masih dilarang, adalah langkah terbaik di saat pandemi. “Justru kita berpikir bagaimana ditonton jutaan orang secara hybrid, tapi mereka bayar semua,” kata Auri menimpali.
Auri pun sudah melangkah. Menghimpun sejumlah musisi beken untuk dikolaborasi. Cak Sodiq sudah mulai produksi untuk platform itu di JPNN.- (ir)