AMEG – Publikasi terkait larangan mudik begitu gegap gempita. Semua media memberitakannya tiada henti. Tapi sebagian masyarakat nekat dan berspekulasi tetap mudik, mengapa?
Dosen Psikologi Universitas Islam Negeri Malang (UIN), Fuji Astutik MPs, menjelaskan, keinginan masyarakat itu dipengaruhi psikologi setiap manusia yang pada dasarnya ingin Kembali ke kampung halaman, di lingkungan masa kecilnya.
“Di situ dia mengenang masa lalunya, kembali ke kampung halaman, tempat dia dibesarkan, di lingkungan itu dia merasa aman dan nyaman. Dan Lebaran menjadi momentum untuk meraih itu, setelah penat bekerja setahun penuh,” tutur Fuji, Jumat (7/5/21).
Saat bertemu keluarga, mereka bercengkrama tentang banyak hal. Terutama saat pulang dalam kondisi sukses, tentu memberikan dampak psikologis bahagia dan bangga.
“Lalu ada penghargaan dari orang-orang di kampung halamannya. Nah, penghargaan dari orang lain itu dapat memberikannya semangat. Selain itu rasa aman dan nyaman bersama keluarga juga mendorong untuk tetap pulang mudik,” katanya.
Meski begitu, kondisi yang ada saat ini bertentangan, antara keubutuhan rasa aman dan nyaman, dengan suasana pandemi.
“Pada situasi itu, siapa saja diharapkan mampu berkomunikasi dengan dirinya sendiri untuk menahan agar tidak mudik, untuk sementara waktu,” pungkas Fuji yang diwawancarai secara online. (ar)