AMEG – Di sisa Ramadan dan jelang Idul Fitri, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu meminta warga lebih jeli membeli makanan takjil. Dari hasil uji sampel makanan di sejumlah lokasi, ternyata ada yang mengandung zat kimia berbahaya.
Seperti boraks, pewarna makanan Rhodamin B, yang merupakan salah satu zat pewarna sintetis, biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas, juga bahan pengawet berlebihan.
Kasi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Kota Batu, Esty Setya Windari, mengatakan, 18 sampel makanan sudah diteliti, terdiri dari makanan kering dan makanan basah siap saji.
“Untuk pemeriksaan makanan seperti ini, dalam satu tahun kami lakukan sebanyak empat kali, terutama di bulan Ramadan dan menjelang hari raya,” kata Esty kepada ameg.id, Jumat (7/5/21).
Menurutnya, hasil pemeriksaan 18 sampel makanan itu, dicurigai ada yang tidak memenuhi syarat dan mengandung bahan pewarna makanan dan boraks. Selain itu juga dicurigai mengandung bakteri E-Coli yang biasa dibawa lalat.
“Jika terindikasi ada bakteri E-Coli, maka kebersihan penyajian masih kurang,” jelasnya. Dari hasil yang kurang baik itu, Dinkes Batu selanjutnya bekerjasama dengan Dinkes Malang untuk melakukan uji lab.
Dari 18 sampel makanan, ditemukan dua makanan yang tidak memenuhi syarat karena mengandung zat berbahaya, dan hampir seluruh makanan mengandung bakteriologis.
“Bakteriologis itu berkaitan dengan kebersihan,” tegasnya.
Jika kondisi tubuh pengkonsumsi makanan tidak fit, setidaknya akan terkena diare. Selain itu, dengan adanya zat berbahaya dalam makanan, untuk jangka panjang akan berdampak kurang baik pada tubuh.
Sebab itu pihaknya langsung memberi pembinaan kepada para pedagang, seperti cara mengolah makanan yang baik, pemilihan bahan makanan harus dari sumber resmi, kebersihan tempat pengolahan, serta kebersihan pedagang juga harus terus dijaga. Apalagi saat ini masih pandemi Covid-19.
Dia menghimbau masyarakat lebih selektif membeli makanan. Bahkan lebih baik membuat makanan sendiri.