AMEG – Gus Miftah berkesempatan ke Malang lagi. Kali ini terkait Obrolan Realita dan Masalah Hati (Orasi) di Pan Java Kafe, Jl TPST Mulyoagung, Dau, Kabupaten Malang, belum lama ini. Nampak Bupati Malang HM Sanusi beserta Forkopimda beserta jajarannya. Syiar Ramadhan ini bertajuk Meramadankan Seluruh Bulan.
Gus Miftah membahas ideologi Pancasila yang menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia. Sempat bercerita pada saat ia berada di jalan. Ada seseorang yang bilang gak cocok Pancasila, ganti Khilafah. Ia merespon, hal itu tak pantas dan tidak dibenarkan.
“Saya itu, gak setuju kalau di KTP kolom agama dihilangkan. Mereka berhak bangga dengan kepercayaan mereka. Seperti anjing yang memang dibilang haram. Tapi mentang-mentang najis, gak boleh dianiaya. Itu ciptaan Tuhan. Coba saja beri makan anjing tiga kali. Maka akan mengingatmu tiga tahun,” ungkapnya.
Sanusi menyebutkan, Rasullulah tak membeda-bedakan manusia. Manusia terbaik adalah, manusia yang bisa memberikan manfaatnya ke sesama.
“Konsep kebangsaan yang benar ya Pancasila. Semua manusia terlahir putih. Jadi beragam agama itu takdir dan kita tidak boleh memecahnya. Maka harus kita hormati,” pungkasnya saat mendampingi Gus Mifath
Rektor UIN Malang Prof Dr Abdul Haris M.Ag yang juga hadir, berinisiatif menggandeng Gus Miftah. Syiar Ramadhan akan ditayangkan di channel youtube UIN Maliki. Mereka mengaji agama, agar manfaatnya bisa dirasakan bersama di bulan suci ini.
“Saya mengikuti ceramah Gus Miftah. Pendekatannya religius dan kebangsaan. Tausiyah Gus Miftah ini sangat mengena,” ujar Abdul Haris
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman Yogyakarta ini mengatakan. “Jangan berlebihan Pak Rektor. Kita ceramah biasa saja. Ketika kita bertemu dengan orang yang berbeda, menggunakan bahasa dan pemilihan diksi yang berbeda dalam berujar untuk berdakwah,” ujarnya.
Ini bisa dilihat saat bicara dengan Prof Haris dan Kapolres Makang Kota. Bahasa yang Gus Miftah gunakan, berbeda dengan yang ia pakai saat berbincang dengan milenial.
“Saya rasa saat ini, kegagalan dakwah dikarenakan pemilihan diksi yang kurang tepat,” tegas Gus Miftah.
Menurutnya sebuah ajakan harus dilakukan dengan edukasi dan rekreasi. Karena orang apabila diberikan edukasi ajakan saja, yang tanpa ada rekreasi orang akan bosan, tetapi jika rekreasi tanpa edukasi juga akan kurang menarik. Sehingga perlunya, perpaduan antara edukasi dan rekreasi.
“Berlomba-lomba dalam kebaikan. Itu bukan posisi yang diperebutkan banyak orang. Tetapi menjadi posisi terbaik di posisi masing-masing,” jelasnya.
Gus Miftah menerangkan, posisi terbaik merupakan wujud dari demokrasi Allah. Bagaimana Allah memberikan pilihan kepada umatnya. Islam mengajarkan sangat demokratis. Rasul mengatakan beberapa pilihan bukan karena tidak konsekuensi tetapi itulah cara rasul mengajarkan demokrasi. Supaya umat Islam punya pikiran yang terbuka dan menghargai perbedaan.
“Itu menyebabkan Islam berkembang di negara maju ya,” ujar Haris menimpali.
Menilai agama Islam bukan karena baca Al-quran saja. dan mempelajari ajaran tentang islam tetapi dari akhlak umat islam. Maka apabila ingin islam dipandang baik oleh agama lain, ia menyarakan agar umat islam menampakkan perbuatan yang baik pula.
“Kiai sifatnya bukan untuk dicontoh, karena contoh yang paling lengkap adalah Nabi Muhammad. Tugas kiai sendiri untuk mengajak mencontoh berperilaku Nabi Muhammad,” ujar Gus Miftah dalam Syiar Ramadan UIN Maliki Malang. (yan)