AMEG – Dari sekitar 250 pengusaha binaan di bawah Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia kota Malang (BPC HIPMI), hampir semuanya down dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda tanah air sejak Maret tahun lalu. Bidang usaha yang didominasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diantaranya bidang kuliner, fashion, aplikasi perangkat atau gadget, termasuk diantaranya usaha rumahan yang memberdayakan masyarakat sekitar.
Menurut Ketua BPC HIPMI Kota Malang, Djoko Prihatin, UMKM yang sangat menderita sejak adanya pandemi ini, terutama mereka yang tidak memiliki modal besar dan minim pengalaman untuk memasarkan produk. Kondisi ini ditambah berkurangnya daya beli masyarakat karena adanya pandemi. Hampir semua produk tidak laku dipasaran.
Untuk mengatasi masalah ini, BPC HIPMI membentuk Malang Economic Recovery Team yang berfokus kepada 3 akses yang dibutuhkan pelaku sektor UMKM atau pengusaha muda saat ini. Yaitu,marketing, permodalan, dan networking.
“Bagi pengusaha muda atau pelaku UMKM yang ingin mengajukan pinjaman modal di bank, bisa mendapatkan rekomendasi dari BPC HIPMI Malang untuk mepercepat proses approval. Kemudian dari akses marketing, pihak kami telah melakukan kerjasama dengan aplikasi daring GoJek maupun Grab, untuk bisa memberikan akses langsung ke GoFood. Untuk membangun jaringan, HIPMI melakukan kolaborasi bisnis atas dan bisnis bawah agar harapannya membentuk market baru,” ungkap Djoko Prihatin
Djoko menambahkan, banyak pelaku usaha yang mengalami kerugian pada tahun 2020 hanya untuk memproduksi barang yang tidak laku dipasaran dan membayar upah karyawan. Tetapi karena pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik, yang dibutuhkan saat ini adalah modal usaha untuk mulai kembali berbisnis.
“Yang dibutuhkan adalah mudahnya akses perbankan untuk modal memulai usaha agar ekonomi masyarakat bawah kembali mengeliat. Hal ini perlu terus di kampanyekan dan didukung. Seperti dengan adanya program pemerintah yaitu Percepatan Ekonomi Nasional (PEN), dengan pinjaman modal yang mudah dan sangat murah”. Tegas Djoko
Setelah memiliki modal usaha, HIPMI sebagai wadah bagi para pelaku usaha untuk berkembang ini memberikan warning agar tidak sembarangan memulai bisnis ditengah pandemi tanpa perencanaan yang rinci dan matang. Beberapa bisnis sektor ritel dengan jumlah satuan atau eceran yang masih bisa bertahan, yaitu kuliner masakan rumahan yang menjadi kebutuhan primer.
Kemudian bisnis baju sistem online yang low buget dengan risiko kerugian rendah.Jangan tergiur mengalokasikan modal untuk menyewa toko tanpa membaca kondisi pasar terebih dahulu. Lebih baik berkolaborasi dengan pemilik modal yang belum memiliki rencana bisnis untuk diajak kerjasama.
Ditengah berbagai masalah ini, Djoko Prihatin mengaku optimistis dalam beberapa waktu kedepan kondisi ekonomi akan mengalami perubahan ke arah lebih baik. Hal ini seiring dengan adanya vaksin Covid-19 yang sudah dimulai dilakukan beberapa waktu lalu, dan rencana akan dilakukan pembelajaran tatap muka di universitas dan sekolah pada pertengahan tahun ini yang selaras dengan kembali bergeliatnya kuliner pinggir jalan, tempat kos, dan sebagainya. (ekn)