
Rektor UIN Maliki Prof Dr Abdul Haris MAg.
Penulis : M Abd Rahman Rozzi
AMEG – Kota Malang di usia ke 107 tahun, bisa menjadi kota pendidikan, pariwisata dan santri. Ini disampaikan Rektor UIN Maliki Prof Dr Abdul Haris MAg.
“Mengapa tiga ikon ini? Karena sesungguhnya banyak tersebar manusia dari beberapa daerah yang berada di Kota Malang. Seperti mahasiswa asing yang kuliah di Malang. Termasuk di UIN, mencapai 490 an,” kata Abdul Haris, Jumat (02/4).
Tak hanya Indonesia. Banyak juga mahasiswa dari negara asing seperti Rusia, Thailand, China dan negara-negara Afrika. “Sehingga sangat penting melakukan sinergi antara Pemkot Malang dengan perguruan tinggi,” ujarnya.
Tapi jangan puas hanya sebagai kota jujukan mahasiswa asing. Masih diperlukan banyak perbaikan. Termasuk infrastruktur agar memudahkan orang memenuhi kebutuhannya. Seperti kawasan Kayutangan yang sudah dikenal sejak lama. Perlu dipikirkan konsentrasinya untuk apa. Tapi jangan di Kayutangan saja.
Ikon pariwisata tak hanya wisata alam. Bisa berupa jalan, gedung-gedung peninggalan lama, masjid dan museum yang dilengkapi dengan tempat ibadah. Ini menandakan, Kota Malang peduli tempat ibadah. Selain itu juga banyak pondok pesantren. Disarankan juga penguatan entrepreneurship bagi kalangan muda, pemenuhan infrastruktur. Hingga bisa berlangsung simultan.

Prof Dr Imam Muhklis SE MSi, guru besar ekonomi pembangunan Universitas Negeri Malang berharap, pembangunan Kota Malang berjalan lancar. Maka perlu sinergi dari berbagai stake holder. “Tujuan pembangunan harus berlandaskan pada UUD 1945 dan Pancasila agar rohnya ada. Keadilan sosial dan kemakmuran rakyat,” katanya.