Malang – Tifus atau demam tifoid masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia bahkan dunia. Tim dosen UMM pun menerbitkan karya berupa book chapter Internasional. Judulnya, In-Silico Approach in the Development of Salmonella Epitope Vaccine. Diterbitkan oleh IntechOpen Februari 2021.
Dalam buku ini, Dr Hidajah Rachmawati Sp.FRS.apt bersama dua anggotanya Raditya Weka M.Farm dan apt Firasti AN Sumadi M.Biotech membahas vaksin oral. Firasti mengatakan, pembuatan vaksin ada beberapa metode. Pada pengembangan kali ini, mereka memilih menggunakan vaksin peptida berbasis protein. Ini lebih aman. Tidak menggunakan organisme utuh. Sehingga bisa menimbulkan respon imun lebih baik atau imunogenik. Selain itu, karena peptida adalah epitop sel B.
“Epitop sel B adalah bagian mikro organisme yang menempel pada antibodi di tubuh. Mikro organisme ini, bisa menimbulkan antibodi spesifik terhadap penyakit,” lanjut dosen kelahiran Malang ini. Ia menekankan keunggulan metode ini, adalah pendekatan untuk menemukan epitop dari bakteri salmonella typhi. Dilakukan sesuai in silico atau permodelan komputer. Harapannya bisa menjadi terobosan di masa pandemi.
“Pada masa pandemi seperti ini, penelitian menggunakan lab basah terkendala banyak hal. Seperti reagen yang sulit dan tatap muka yang terbatas. Dengan in silico permodelan lab, kita bisa menggunakan lab kering melalui web dan software untuk mencari kandidat vaksin. Hal ini akan memudahkan proses penelitian,” lanjut Firasti.
Hidajah mengatakan, tingkat efikasi vaksin tifus di Indonesia masih rendah. Mereka pun mengembangkan vaksin tifus dengan tingkat efikasi tinggi. Penelitian ini masih bersifat pre-klinis. Harapannya, bisa di uji-klinis ke manusia dan menjadi terobosan yang bagus.
“Saya berharap vaksin ini didistribusikan ke masyarakat. Tentunya dengan pengujian lebih lanjut. Variasi vaksin dengan efikasi tinggi. akan mengurangi kasus penyakit tifus di Indonesia,” pungkasnya. (roz/jan)