Malang – “Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya. Tetapi berpikir tanpa belajar sangat berbahaya.” Kutipan Ir. Soekarno, Proklamator Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sangatlah dalam maknanya dan makin terasa dalam ditengah derasnya globalisasi era digital dan masuknya budaya asing yang berpotensi menggerus nilai-nilai lokal.
Pandemi Covid-19 yang menghantam dunia, termasuk Kota Malang,pertengahan Maret 2020, berdampak di semua sektor, termasuk pendidikan. Pemkot Malang menyadari bahwa tantangan saat pandemi itu harus dijawab secara tepat dan komprehensif. Adaptasi dan inovasi menjadi jurus sakti agar proses penguatan pendidikan karakter tidak terhenti karena pandemi.
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama pencapaian Misi Pertama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Malang Tahun 2018-2023. Yakni, Menjamin Akses dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan dan Layanan Dasar Lainnya bagi Semua Warga”.
Ada lima pilar utama pendidikan karakter yang terus menerus diimplementasikan di satuan pendidikan mulai PAUD, TK, SD hingga SMP. Yakni nilai religius, nasionalisme, kemandirian, kejujuran dan gotong royong. Kelimanya terinternalisasi dalam muatan pembelajaran dan terus dipertahankan dalam skema adaptasi pendidikan daring pada masa pandemi.
Alih-alih kalah, momen pandemi justru ditangkap sebagai peluang untuk melakukan refleksi dan penguatan peran sinergi antara tenaga pendidik, siswa didik dan orangtua. Kota Malang pun kini telah melahirkan sekolah-sekolah tangguh, yang siap menerapkan protokol kesehatan (prokes), apabila pembelajaran tatap muka telah dimungkinkan kembali.
Tidak berhenti dalam lingkup satuan pendidikan saja, esensi pendidikan karakter sebagai sebuah upaya membangun society 5.0, yakni generasi emas Indonesia yang tidak hanya melek teknologi,tetapi juga bijak dalam menjunjung tinggi nilai karakter budaya bangsa.
Dalam berbagai kesempatan, Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji sering berpesan bahwa “bagaimanapun kemajuan teknologi, kalau ruhnya tidak kita ambil, bukan malah baik, tapi malah carut marut”.
Maka dari itu hadirnya serangkaian inovasi seperti aplikasi perpustakaan digital Kota Malang, layanan drive thru perpustakaan, layanan drab (datang antar buku) hingga pojok braille adalah langkah sederhana dengan kemanfaatan besar bagi seluruh masyarakat. Selain peningkatan literasi, inklusivitas pembangunan dan keberpihakan terhadap gender pun terus meningkat.
Peluncuran program one RW one haafidz (satu RW satu penghafal Quran) juga menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya membangun dan mempertahankan karakter nawak-nawak Bhumi Arema yang tangguh sekaligus religius.
Di sisi lain, Pemkot Malang juga terus berupaya memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik. Salah satunya dengan menaikkan insentif bagi 2.172 guru PAUD/RA/Tutor, mendistribusikan bantuan sosial bagi 1.349 pekerja seni dan pedagang di sekolah saat masa pandemi. Juga menyalurkan beasiswa bagi 481 pelajar berprestasi dari keluarga kurang mampu jenjang SD hingga perguruan tinggi.
Berbagai upaya dan inovasi itu nyatanya mampu membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Malang menjadi salah satu tolok ukur pembangunan SDM yang digunakan secara nasional tetap meningkat, meskipun dihantam pandemi. Yaitu dari 81,32 pada 2019 menjadi 81,45 pada tahun 2020, sekaligus menjadi yang tertinggi kedua di Jawa Timur.
Hal ini tentu menghadirkan optimisme menjelang HUT ke-107 Kota Malang, bahwa dengan semangat peduli dan berbagi melibatkan seluruh komponen pentahelix, kita bersama akan tercatat dalam sejarah sebagai bangsa berkarakter yang bersinar laksana berlian, yang tak pecah karena tekanan ujian.(adv)