![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2021/03/Ilustrasi-Kelas-Ibu-Hamil-juga-meminimalisir-parahnya-gejala-baby-blues.-Istimewa.jpeg)
Ilustrasi Kelas Ibu Hamil juga meminimalisir parahnya gejala baby blues. (Istimewa)
Malang – Ketua Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Malang, Hj. Endah Pujiati SST, menyebut kasus Baby Blues sebenarnya persentasenya kecil terutama berdampak depresi parah atau gangguan jiwa tetap. Namun potensi itu bisa saja terjadi jika tidak ada kepedulian pada ibu bayi.
“Persentase sampai depresi kecil terjadi. Baby Blues bisa sembuh. Namun bisa pula menjadi gangguan jiwa tetap. Ada tahapannya. Stress, depresi, parah lalu gila. Antisipasi dan minimalisir, harus ada dukungan dari suami, keluarga dan teman dekat, ” ungkap Hj Endah.
Menurut Hj Endah, baby blues dapat terlihat jelas. Beberapa kasus ada yang berhalusinasi, seperti dapat bisikan, bicara sendiri, mendadak menangis. Mudah tersinggung dari hal sepele juga menjadi indikator baby blues.
“Keluarga harus mendukung kegiatan apapun dari si ibu bayi. Kalau perlu ditunggui, diemong. Kalau orang kuno dulu, gejala baby blues bisa mirip orang kesurupan,” ungkap Endah kepada Malang-post.com.
Solusi antisipasinya, Endah berulangkali menghimbau pada masyarakat agar peduli, peka dan memperhatikan kondisi, perilaku ibu bayi, baik saat hamil, maupun pasca persalinan. Ada perubahan emosi yang dialami ibu bayi.
Hindari dampak parah, Endah menyarankan agar suami bersiaga. Bahkan orangtua si ibu bayi ataupun mertua. Baik pula ada konsultasi dan konseling ke bidan dan mengikuti kelas ibu hamil di desa.
“Saya selalu sarankan agar ibu ditemani atau dianter suami. Kalau konseling, wajib diantar suami. Jangan ibu atau bapaknya,” pungkas Endah. (Oso-Ins)