Malang – Bak kapal layar, tengah berlayar di tengah lautan. Dengan terpaan ombak tinggi menggulung. Namun tetap safety menuju tujuan. Seperti itulah manajemen Arema FC. Mengibaratkan perjalanan timnnya di masa serba sulit, karena pandemi Covid-19.
‘’Manajemen Arema selama musim 2021 ini, menurunkan budget. Baik untuk besaran gaji pelatih dan pemain. Serta penyesuaian fasilitas klub lainnya. Sekarang kondisi serba sulit karena pandemi Covid-19,’’ ujar General Manager PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia/ABBI, RuddyWidodo.
‘’Saat ini klub-klub termasuk Arema, ibaratnya kapal, bagaimana bisa tetap berlayar dulu sampai tujuan. Terpenting, secara manajerial selamat. Baru nanti kalau sudah settle, sponsor juga bagus, kami pun siapkan budget untuk pemain-pemain mahal,’’ tambahnya.
Ruddy Widodo menegaskan, langkah tersebut penting ditempuh. Demi penyehatan keuangan klub. Meski dia meyakinkan, kondisi itu hanya diberlakukan untuk musim 2021.
Menyusul rakor (rapat koordinasi) antara Menpora bersama perwakilan dari Polri (Kepolisian Republik Indonesia), BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Satgas Covid-19 (Satgas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19), PSSI, KONI Pusat dan PT LIB (10/2/2020) lalu, di Jakarta. Terkait pemaparan dari PSSI dan PT LIB, perihal roadmap penyelenggaraan aktivitas dan kompetisi sepak bola Indonesia.
Untuk 306 laga Liga 1 2021, termasuk turnamen pramusim Piala Menpora 2021, tertutup bagi umum. Alias tanpa kehadiran penonton. Imbasnya, Arema kehilangan potensi pemasukan dari ticketing. Bahkan pemasukan dari sponsor utama, nilai kontraknya juga dipastikan turun dari musim sebelumnya.
‘’Budget Arema untuk Liga 1 2020 lalu, kisaran Rp30 miliar. Sementara untuk Liga 1 2021 ini, kami tekan hampir separuhnya. Musim 2020 lalu, budget kami sangat tinggi dan itu habis untuk belanja, membayar DP (down payment), gaji bulanan serta fasilitas,’’ kata Ruddy.
‘’Untuk tiga pelatih asing dan empat pemain asing, sudah habis banyak. Tapi untuk musim 2021, gaji saja disiapkan Rp15 miliar. Ditambah operasional sekitar Rp5 miliar,’’ tandas Ruddy Widodo.
Skala perbandingan Arema pada awal kompetisi Liga 1 2020 silam, sebelum mewabahnya pandemi Covid-19, harus merogoh kocek hingga Rp30 miliar. Diantaranya Rp7 milar hanya untuk membayar DP sebesar 25 persen. Dari nilai kontrak 30 pemain dan enam jajaran pelatih. Atau total Rp 30 miliar, untuk 30 pemain dan enam jajaran pelatih dalam hitungan normal 100 persen, selama satu musim.
‘’Beberapa fasilitas pemain dan pelatih, terpaksa juga harus disesuai dengan kondisi perekonomian. Semuanya dipangkas. Seperti jatah rumah dan tarif sewannya menyesuaikan. Jika biasanya Rp 100 juta, sekarang cuma Rp 50 juta. Yang biasanya bonus, misalnya, Rp 10 juta, sekarang jadi Rp 5 juta. Pokoknya disesuaikan situasi. Karena sumber pendanaan klub juga turun dratis,’’ tegas Ruddy Widodo.
Lebih jauh pria asal Madiun tersebut menilai, dalam situasi seperti sekarang, di saat semua sektor terdampak pandemi, klub juga berharap agar subdisi PSSI per termin tepat waktu turunnya. Untuk musim 2021 mendatang, menyesuaikan dengan termin yang disepakati.
PT LIB sendiri pada Liga 1 2020, menjanjikan subsidi satu musim total Rp5,2 miliar bagi setiap klub. Namun maraknya wabah pandemi Covid-19, di seantero Tanah Air, memaksa kompetisi terhenti.
Imbasnya PT LIB hanya sanggup membayarkan subsisi sebesar Rp1,040 miliar atau dalam dua termin. Masing-masing sebesar Rp520 juta. Sisa termin subsisi sebesar Rp 4,160 miliar tak kujung cair. (act/rdt)