RUMAH-rumah dan praktisi yoga di Malang Raya ramai-ramai membantah kabar viral bahwa yoga tantra bertujuan orgasme seksual.
Sesal itu akibat adanya rencana kelas Yoga Orgasme –Tantric Full Body Energy Orgasm Retreat–di Gianyar, Bali. Pelaksananya WNA. Tarifnya Rp 7,2 juta per orang. Petugas telah membatalkannya dan belum ditemukan unsur pidana karena baru rencana. Yoga adalah jalan atau metode pendisiplinan diri seumur hidup. Bertujuan untuk pengendalian diri.
“Ada kesalahan dalam memahami Yoga Tantra. Yakni, terlalu disederhanakan menjadi sekadar seksualitas atau secara spesifik tentang ‘bagaimana mencapai orgasme’,” kata praktisi dan fasilitator yoga asal Kota Malang, Inggal Esti (33).
Yoga tantra, berfokus pada penciptaan. Penyatuan antara laki-laki dan perempuan, Siwa dan Sakti, Yin dan Yang, Siang dan Malang dan seterusnya. “Tidak bisa disederhanakan hanya melulu masalah hubungan seksual,” ujar Esti yang sudah 9 tahun belajar yoga ini.
Permasalahannya bukan pada ada atau tidaknya metode itu. Namun, darimana pengetahuan tentang metode itu berasal. Yoga sama seperti halnya ilmu-ilmu spiritual lain. Harus jelas sanad-nya (sandarannya). “Agar ilmu itu menjadi ilmu benar maka gurunya pun harus benar. Yoga tidak bisa dipelajari otodidak; dari membaca buku atau artikel di internet. Begitu juga Yoga Tantra,” tegasnya.
Kini banyak pengajar yoga dari barat. Sebagian besar mereka salah menafsirkan yoga karena tak memiliki dasar filosofinya. Mereka berpikir jika sudah bisa melakukan gerakan yoga atau paham tentang yoga, mereka sudah menjadi guru. Padahal itu salah.
“Jika memang ia benar melakukan pelecehan seksual, jelas ia bukan seorang guru. Dan sudah jelas ia telah gagal menjalankan yoga,” pungkas Esti.(Rizky Wijaya-Eka Nurcahyo)