Pasuruan – Bencana banjir dan tanah longsor, yang kerap terjadi di wilayah Kabupaten Pasuruan, tak luput dari semakin berkurangnya area resapan air. Di wilayah atas atau pegunungan. Sebagai akibat pengalihan fungsi lahan dan tanaman.
Untuk mengatasinya, diperlukan kepedulian dan kerjasama semua pihak. Untuk melestarikan lingkungan dan melakukan penghijauan. Terlebih-lebih dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, ketika seluruh masyarakat Indonesia, terkena imbasnya.
Dalam menjaga serta melestarikan lingkungan, PT. Tirta Fresindo Jaya Pasuruan (Mayora Grup), memiliki kepedulian. melalui kegiatan penanaman pohon, setiap tahunnya. Ribuan bibit pohon ditanam oleh pihak manajemen. Dengan melibatkan karyawan, masyarakat, komunitas, aktivis lingkungan dan pihak terkait di daerah catchment area Bromo-Tengger-Semeru.
‘’Semua aktivitas yang kami lakukan, tetap menjalan protokol kesehatan yang ketat. Agar upaya melestarikan alam ini, tidak justru berdampak buruk bagi peserta. Yakni bisa muncul klaster baru. Apalagi di saat pandemi seperti sekarang,’’ kata Dwion Yunus, Factory Manager PT. Tirta Fresindo Jaya Pasuruan.
Dan akhir pekan kemarin, anak perusahaan dari Mayora Grup tersebut, kembali melaksanakan kegiatan penanaman bibit pohon. Di Petak 16, Desa Kandangan, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Sebanyak 20 ribu bibit pohon ditanam oleh pihak manajemen. Bersama dengan perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, Asper Perhutani dan mitra penanaman Yayasan Si Hijau. Serta LMDH setempat.
Dwion Yunus menambahkan, pihaknya akan tetap berkomitmen untuk terus melakukan penanaman di daerah-daerah catchment area Bromo-Tengger-Semeru.
Sesuai dengan misi manajemen Mayora, yang berencana akan menanam sebanyak 1 juta pohon di seluruh wilayah sekitar area kerja pabrik. Sampai dengan tahun 2025.
‘’Semoga dengan komitmen penghijauan ini, Mayora Grup bisa ikut merawat dan melestarikan lingkungan. Sebagai wujud kepedulian kami, untuk menjaga serta memelihara warisan kekayaan alam berupa sumber mata air yang melimpah di Kabupaten Pasuruan,’’ terang Dwion Yunus.
Seperti diketahui, musibah banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di Kabupaten Pasuruan. Hal itu, tidak terlepas dari faktor berkurangnya daerah resapan atau tangkapan air di wilayah atas. Juga dikarenakan adanya pengalihan fungsi lahan dan hutan sebagai daerah resapan. (rbt/rdt)