Seiring perkembangan zaman. Perubahan dunia berlarian cukup cepat. Dengan kedatangan internet yang bisa memudahkan segala aktifitas dari hal sulit dinalar menjadi mungkin dalam realita membawa dunia kian hari kan berkembang. Di Indonesia pengguna internet pada 2020 tercatat sekira 175, 5 juta jiwa dari jumlah populasi sebanyak 268.583.016 penduduk. Artinya masyarakat Indonesia sangat dominan dalam penggunaan internet yang memudahkan orang bertukar pesan, menyebarkan informasi dan hadir sebagai media yang multifungsi.
Saat ini siapa yang tidak kenal dengan internet? Internet datanag dengan jaringan yang bisa menghubungkan antara satu media elektronik dengan media elektronik yang lain. Dengan internet, kita dimudahkan dalam berselancar mengisi seluruh ruang kehidupan. Mulai dari hal yang paling kecil hingga hal yang cukup rumit semua dapat dikendalikan dan dikerjakan dengan internet.
Seiring berkembanganya waktu dan semakin majunya inovasi teknologi dan komunikasi membuat internet bermanfaat untuk segala aspek kehidupan. Ditambah tulisan yang lebih ringkas, cepat, mudah, beragam sumber ilmu pengetahuan bertebaran luas, mempermudah sistem pelaksanaan akademik, menghemat biaya dan waktu membuat khalayak lebih banyak meminati internet. Internet menjadi jalan utama dalam segala hal yang kita hadapi terutama bagi kaum pelajar. Menjadi alternatif yang sangat menarik dan menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan. Dalam sekejap kita bisa mengakses dan memilih sesuatu yang kita inginkan, mencari refrensi tugas yang diberikan oleh guru atau dosen tanpa mencari sumber refrensi dari buku.
Internet atau Buku
Dengan adanya perkembangan internet. Tidak bisa dipungkiri internet bisa mempengaruhi dunia pendidikan, yang mana kaum pelajar sudah cenderung menggunakan internet sebagai media pendukung pendidikan yang digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan materi pembelajaran. Jika dibandingkan antara buku dan internet dalam mencari refrensi tentu lebih mudah internet. Karena internet menghadirkan tulisan lebih ringkas padat dan jelas. Didalam internet juga terdapat beberapa tema yang terkandung didalam beberapa buku. Dalam satu waktu, pembaca bisa diantarkan ke berbagai buku, tinggal bagaimana pengembangan tingkat kesadaran literasi masyarakat didalam menggunakan internet ke hal-hal yang lebih positif. Karena literasi adalah bagian dari pembangunan manusia yang dapat membuka jalan untuk memutus rantai kebodohan.
Didalam buku hanya terdapat satu tema yang terkandung didalamnya. Jika membutuhkan tema yang lain, pembaca harus membeli buka baru agar apa yang dibutuhkan dalam tema tersebut terwujud. Namun dengan internet, semua kebutuhan pembaca terjawab semua. Sehingga buku semakin tidak diminati, sehingga secara perlahan literasi buku semakin berkurang.
Namun ada beberapa hal yang perlu kita selesaikan dalam penggunaan internet. Internet disamping memudahkan juga tidak lepas dari dampak buruk bagi pembaca. Seperti ilkan yang mengarah ke pornografi, pakaian tak sopan dan lain sebagainya. Saat ini terdapat tawaran situs-situs yang berbau pornografi bermunculan. Iklan-iklan yang tidak mendidik juga tidak sedikit dijumpai. Hal ini menjadi pendorong terhadap rendahnya pendidikan moral bagi pembaca yang tidak bisa memfilter. Tentu akan menyerang kepada pisikologis, emosional, dan tingkah laku kedewasaan menjadi kian hari kian tidak terkontrol. Selanjutnya juga bisa menjadi pengganggu terhadap tingkat kefokusan didalam mencari refrensi.
Disisi lain internet juga bisa membawa kecanduan terhadap kaum pelajar, sehingga pelajar menjadi pribadi malas terhadap minat membaca buku serta juga bisa membawa dampak terhadap daya kreativtas menjadi rendah akibat kecanduan. Karena segaala hal sudah di mudahkan lewat internet.
Data UNESCO menunjukkan, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001% dari 1,000 orang Indonesia. Menurut Muhammad Syarif Bando dalam pemberitaan menara62.com selaku Kepala Perpustakaan Nasional RI dalam webinar Literasi Dalam Membangun Ekonomi Masyarakat menyatakan bahwa rendahnya tingkat literasi Indonesia murni disebabkan oleh faktor rasio antara ketersediaan bacaan dengan Jumlah penduduk yang cukup jauh. Akses buku yang biasanya diperoleh kaum pelajar disekolah menjadi rendah akibat sedikitnya ketersediaan bahan bacaan diperpustakaan yang minim. Data Jumlah sekolah dasar Indonesia mencapai 148.673 hanya 98.332 memilki perpustakaan sekolah, sedangkan 34 persen sekolah tidak memililki perpustakaan. Hal ini menjadi dampak besar terhadap literasi anak muda Indonesia.
Berdasarkan laporan We are Social, dalam pemberitaan Republika.co.id. Pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia ada kenaikan 17 persen atau 25 juta pengguna internet. Artinya dari 272,1 juta jiwa penduduk Indonesia 64 persen telah merasakan akses dunnia maya.
Alternatif
Penduduk Indonesia jika dibandingkan dengan Negara maju dalam mengakses internet jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Negara seperti Jepang, Belanda, China dan lain sebagainya yang merupakan pusat teknologi informasi. Kegilaan dalam dunia maya penduduk Indonesia masih cukup tinggi dan tak terukur. Hal ini menjadi rekomendasi bersama dalam menciptakan masyarakat yang paham akan kesadaran membaca terutama membaca buku dibandingkan dengan menggunakan internet sebagai jalan alternatif sehari-hari. Upaya peningkatan kesadaran tersebut pemerintah harus menghadirkan revolusi kegiatan pembelajaran sehingga kualitas literasi anak bangsa bisa meningkat seperti mendorong untuk menghadirkan organisasi baca disekolah serta mendorong pendidikan agar menghasilkan bahan bacaan berkualitas, lengkap dan bisa diakses secara mudah terutama diperpustakaan. Sehingga kaum pelajar bisa mengaksesnya dalam kehidupan sehari-hari diperpustakaan atau ditempat-tempat lain.
Guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki peran terdepan juga harus memberikan bimbingan agar anak didiknya bisa lebih giat membaca serta melarang copy and paste dalam segala tugas. Semua tugas harus bersumber dari buku. Dan semua siswa atau mahasiswa wajib membeli buku. Dari pihak pemerintah harus hadir dalam bentuk dorongan seperti menyediakan buku gratis atau membuat harga buku bisa lebih murah dibandingkan dengan harga sebelumnya. Sehingga para pecinta literasi yang mungkin keadaan ekonominya rendah bisa membelinya.
Dengan langkah-langkah tersebut mungkin bisa jadi pendorong dalam mengembangkan tingkat keminatan kaum pelajar didalam literasi membaca buku dibandingkan dengan membaca internet. Melihat media informasi yang sulit untuk dibatasi dalam beragam konten serta dampak buruk didalam penggunaan internet perlu diadakan sebuah terobosan baru bagi kita semua demi kemajuan Negara Republik Indonesia .
Penulis : Hanifuddin Musa (Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang)