Surabaya – Tim medik Fak Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair), turun ke lokasi paus terdampar di Pantai Modung, Bangkalan. Tim terdiri dari dua dosen FKH, drh Bilqisthi Ari Putra dan drh Happy Ferdiansyah.
Ketua tim lapangan, drh Bilqisthi menyatakan terdapat 52 paus yang terdampar. Pertama kali ditemukan nelayan, 49 paus telah mati. Tiga diantaranya hidup.
Namun, dari tiga yang hidup, dua diantaranya mati saat akan diselamatkan. Sehingga, hanya tersisa satu yang hidup dan berhasil dikembalikan ke laut.
“Jenis paus yang terdampar, adalah short fin pilot whale (paus pilot sirip pendek,red),” lanjut Bilqisthi dalam Pers Rilis Humas Unair, Surabaya.
Saat tiba di lokasi, tim dibagi menjadi dua. Yaitu: tim antemortem dan postmortem. Tidak semua paus dapat diidentifikasi. Disebabkan arus laut yang cukup kencang dan ketinggian air.
Dari 49 paus yang mati, sebanyak 34 paus teridentifikasi. Sementara tiga dari paus yang teridentifikasi tersebut, dilakukan otopsi, “Dua jantan dan satu betina,” kata drh Bilqisthi.
Otopsi memakan waktu kurang lebih 4,5 jam. Tim juga mengambil beberapa sampel untuk pemeriksaan patologi. Agar diketahui penyebab pasti terdamparnya paus tersebut.
“Dugaan awal, masih belum bisa kami pastikan. Karena saat kita lihat, tidak ada gangguan sonar pada paus. Dugaan aktivitas vulkanik bawah laut juga tidak. Jadi perlu kami dalami melalui pemeriksaan patologi,” lanjut Bilqisthi.
Tim juga pertimbangkan faktor alam. Karena sebelum kejadian, sempat terjadi puting beliung di selat Madura. Namun, dugaan tersebut sebagai penyebab peristiwa terdampar masih dikaji sambil menunggu hasil lab.
Menurut Bilqisthi, paus short fin pilot whale hidup berkelompok. Ketika bermigrasi, kelompok ini akan mengikuti ketua koloninya.
Apabila ketua koloni mati, maka akan digantikan pejantan lain. Namun jika ketua koloni sakit dan belum mati, maka kelompok paus akan tetap mengikuti ketua koloni tersebut. (azt/jan)