
Perayaan Imlek tahun ini benar-benar berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terasa sangat sepi. Sekalipun itu di kawasan Pecinan Kota Malang yang masih kental dihuni orang-orang Tionghoa. Yaitu, Jalan Pasar Besar Malang (Petjinan Straat), Jalan Wiro Margo, Sersan Harun, Kopral Usman, dan Jalan Kyai Tamin, serta sepanjang Jalan Gatot Subroto hingga Jalan RE Martadinata.
Selain ratusan toko tutup, hiasan atau pernik-pernik perayaan Imlek pun tak terasa. Tak ada pemasangan anake lampion yang meriah di depan tempat-tempat usaha di kawasan Pecinan.
Eks Restoran China Tay Tong yang kini bernama Rumah Makan Cita Rasa di Jalan Pasar Besar Malang boleh jadi satu-satunya yang buka. Namun, minim juga hiasan Imlek.
“Kami lagi prihatin dengan pandemi. Semoga saja pandemi lekas selesai, dan ekonomi bisa pulih,” kata singkat Stanley menanggapi perayaan Imlek di tengah pandemi yang sepi. Stanley dari keluarga Koesbianto Chandra menangapi ini ketika baru keluar dari rumah makan itu, kemarin.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat Tionghoa, termasuk di Pecinan, pilih merayakan Imlek di rumah hanya bersama keluarga inti. Tidak bersama keluarga besar dari berbagai daerah seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka juga memilih melakukan tradisi Imlek seperti sembahyang dan acara cap gomeh di dalam rumah. Tidak ke klenteng. Alasannya, masa pandemi sehingga harus menghindari kerumunan.
“Kami syukuran makan bersama keluarga inti malam kemarin, dilanjut pagi harinya saling mengucapkan selamat tahun baru,” ungkap Anton, warga Tionghoa yang tinggal di Pecinan Kota Malang. Anton bersama kelurga mengisi Imlek tahun ini dengan mendoakan keluarga yang telah meninggal dan mendoakan keselamatan bangsa dan negara.(Santoso FN-Joffa Safik-Eka Nurcahyo)
>>>>>Selengkapnya Di Harian Di’s Way Malang Post Edisi Sabtu (13/2)