Bondowoso– Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso menampik, jika program Sinergi Total Pencegahan Bersalin di Dukun Bayi dan Selamatkan Ibu (Stop Berduka) yang dilaunching tahun 2018 lalu, dikatakan gagal.
Menurut, Kepala Dinkes Bondowoso, M Imron, meningkatnya kasus Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2020 itu, terjadi karena pandemi Covid-19 yang justru membuat gerakannya terbatas.
Sehingga disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, banyak ibu hamil takut ke posyandu, bidan desa juga ada yang terkonfirmasi positif virus Corona. Serta banyak posyandu buka tutup, karena ada kasus konfirmasi Covid-19.
“Jalannya jalan, gerakan kita terbatas karena pandemi. Jadi kalau mau periksa ke Posyandu akhirnya tidak rutin, karena takut Covid-19 itu,” katanya.
“Gagal sih tidak, kita bagaimanapun tetap melakukan usaha itu. Tapi kan terbatas gerakan kita. Mau ngumpulkan masyarakat banyak juga tak berani,” ujarnya.
Karena itulah, bidan-bidan desa selama ini kunjungan ke rumah-rumah. Atau melakukan janjian terlebih dahulu dengan ibu hamil manakala mau periksa.
Ia berharap dengan vaksinasi kepada tenaga kesehatan ini, juga nantinya bisa berdampak terhadap upaya menekan AKI dan AKB.
“Mudah-mudahan ini (berdampak menekan AKI dan AKB, red), karena factor AKI dan AKB ini banyak sekali factor. Tak hanya dari segi medis saja. Non medis apalagi,” bebernya.
Pihaknya saat ini juga berharap, agar aplikasi ‘Sibuba’ dan revitalisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi juga bisa menekan.
‘Sibuba’ merupakan aplikasi yang bisa diakses Camat dan Kades sehingga bisa memantau ibu hamil dan balita di wilayahnya. Kemudian, ditindak lanjuti dengan program revitalisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
Untuk Informasi, pada 24 Januari 2018 lalu, Dinas Kesehatan Bondowoso sendiri melaunching program ‘Stop Berduka’ (Sinergi Total Pencegahan Bersalin di Dukun Bayi dan Selamatkan Ibu), di Aula Ijen View Hotel.
Program stop berduka merupakan bentuk upaya pemerintah Bondowoso untuk menekan angka kematian ibu dan bayi yang relatif masih tinggi. Sekaligus untuk meningkatkan rakor indeks pembangunan manusia, yang salah satu komponennya yakni kesehatan masyarakat.
Disebutkan saat launching, bahwa dalam program “Stop Berduka” ini direplikasikan kemitraan antara bidan dengan dukun beranak.
Melalui kemitraan ini, dukun tidak boleh membantu proses persalinan, mereka hanya bisa menganjurkan pasien yang hendak melahirkan kepada bidan. Dari setiap pasien yang diantar ke bidan, dukun bisa memperoleh insentif Rp 50ribu. Selain itu, dukun juga diberi peran pasca persalinan.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga membuat aplikasi ‘Sibuba’ . Yakni aplikasi yang bisa diakses Camat dan Kades sehingga bisa memantau ibu hamil dan balita di wilayahnya. Kemudian, ditindak lanjuti dengan program revitalisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
Sementara pada tahun 2020 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Bondowoso mengalami peningkatan pada tahun 2020.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat pada tahun 2020 jumlah kematian ibu sebanyak 19 kasus atau 177,4/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk kematian anak sebanyak 168 kasus atau 15,6/1000 kelahiran hidup.
Adapun untuk data tahun 2019, kematian ibu berjumlah 14 kasus (129,2/100.000 kelahiran hidup) dan kematian bayi sebanyak 155 kasus (14,3/1000 kelahiran hidup). (Pag-zain)