Malang – Perkembangan pertanian Indonesia menjadi isu penting bagi generasi muda di Indonesia. Sebagai negara agraris, selayaknya mereka mengambil peran.
Bahkan seharusnya menjadi agen perubahan. Bisa menemukan solusi di bidang pertanian. Baik teknologi budidaya, perawatan, pengolahan, hasil pertanian, pengelolaan hingga pemasaran.
Studi banding atau komparasi dengan negara lain, juga penting dilakukan. Karena semaju atau semodern apapun sebuah negara, pasti masih butuh hasil pertanian. Lantaran, masyarakatnya masih mengkonsumsi hasil pertanian.
Maka sektor pertanian, memiliki arti penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Bukan sekedar di bidang bisnis, namun lebih mendasar sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Yaitu sektor pangan.
Berangkat dari hal itu, jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan diskusi bersama dengan Tsuji Kasunari, Associate Profesor dari Saga University, Jepang.
Kegiatan ini diselenggarakan secara daring, belum lama ini. Dalam paparannya, Tsuji menjelaskan terkait tren pertanian yang sedang terjadi di negaranya.
Diakuinya, terdapat pengurangan produksi dan ekonomi dalam aspek pertanian. Ini disebabkan beberapa hal.
Paling mendasar adalah terjadinya fenomena penuaan. Karena hanya sebagian kecil generasi muda di Jepang yang bergerak di sektor tersebut.
Maka pemerintah Jepang pun memberikan perhatian khusus terhadap fenomena itu. Akademisi menempati posisi penting untuk memberikan solusi.
“Tentu hal ini menjadi masalah serius. Mengingat tidak ada penerus yang cukup untuk melanjutkan pertanian di Jepang,” tegasnya.
Fenomena itu jugalah yang menyebabkan tren konsumsi pangan di Jepang lebih banyak bergantung pada impor produk pertanian. Menurutnya, ini menjadi tantangan yang dihadapi Jepang saat ini.
Harus segera ditemukan solusi untuk mendorong generasi muda, agar mau dan mampu terjun langsung ke sektor pertanian. Mengaktifkan kelompok tani, juga menjadi hal lain yang perlu ditindak lanjuti.
“Dua masalah ini adalah fokus kami agar keberlangsungan sektor pertanian bisa tetap terjaga hingga masa depan,” tuturnya lebih lanjut.
Selama diskusi berlangsung, beberapa pertanyaan dilontarkan oleh para dosen agribisnis. Diantaranya dari Dr Ir Rahayu Relawati MM.
Dia menanyakan terkait strategi yang dibutuhkan untuk mendorong generasi muda agar ada kemauan menjadi petani.
Tsuji menjawab, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah meningkatkan insentif serta pendapatan sektor pertanian. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran penting untuk terus mendukung dengan cara menstabilkan harga produk pertanian.
Menurutnya, faktor yang mampu meningkatkan pertanian di Jepang, adalah sifat rajin yang dimiliki para petani.
“Bersama perguruan tinggi dan pemerintah, para petani di Jepang rajin meneliti sesuatu yang bisa menjadi solusi permasalahan yang muncul di bidang pertanian. Ketika sudah ditemukan, solusi itu akan dibagikan dan dijelaskan pada kelompok tani yang lain,” ungkapnya di akhir sesi diskusi. (roz/jan)