
PROBLEM antre jenazah untuk segera dimakamkan, kian mewarnai hari-hari penanganan covid-19 di Malang Raya. Medio Januari ini. Terutama di kota, pasien meninggal bisa mencapai 17 orang per hari. Padahal petugas pemulasaran terbatas; empat orang dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan sembilan orang relawan.
“Jumlah itu kami bagi dua, untuk mempercepat. Lebih repot kalau di lokasi tidak ada relawan. Sehingga petugas kita itu pula yang harus menguburkan,” ujar Cornellia Selvyana Ayoe, Analis Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Sub Bagian Penyusunan Program Sekretariat BPBD Kota Malang, kemarin.
Apa boleh buat, ada yang meninggal pagi, malam baru dapat penanganan. “Relawan ada yang tidur di kuburan untuk pelaksanaan pemakaman malam hari,” lanjutnya, seraya menjelaskan, teorinya, pelaksanaan pemakaman 45 menit. Tapi bisa lebih, karena terbatasnya petugas medis. Penanganan tetap oleh tim khusus dikomandani BPBD. Dan harus sesuai SOP.
Relawan di Kota Batu lebih banyak, dan pasien meninggal sedikit. Selama pandemi 126 orang. DI kabupaten, relawannya juga lebih banyak lagi, di desa-desa sudah terbentuk Sehingga tidak ada antrean. Sesekali saja terjadi antre kalau pasien meninggal dari satu desa/kelurahan, lebih dari satu orang.
Upaya lebih jauh menanganinya adalah, bagaimana menekan angka penyebaran oleh semua pihak, terutama kesadaran warga mematuhi prokes. Lalu penanganan medis dengan meningkatkan angka kesembuhan pasien. Juga diharapkan, tidak ada lagi kematian karena covid. (ekn)
>>>>>Selengkapnya Di Harian Di’s Way Malang Post Edisi Sabtu (13/1)