Malang – Ketua Umum PSSI, Komjen Pol. (Purn.) Dr. H. Mochamad Iriawan, akhirnya memutuskan membatalkan lanjutan kompetisi Liga 1 dan Liga 1 musim 2020. Setelah mendapatkan hasil rapat Exco PSSI (executive committee), per tanggal 20 Januari 2021.
Pertimbangan kondisi force majeur pandemi virus corona (Covid-19) yang tak kunjung mereda, menjadi alasan utama federasi, menghentikan kompetisi yang diikuti 18 klub Liga 1 dan 24 tim di Liga 2.
Menariknya maklumat PSSI tersebut, justru diputuskan setelah 18 klub Liga 1 merugi miliaran rupiah. Setelah 11 bulan vakum kompetisi. Dan terbuai janji-janji PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (PT LIB). Kedua institusi tersebut, dalam beberapa surat keputusan (SK), hanya mampu memberikan janji-janji kosong kelanjutan kompetisi.
‘’Sejak awal saya sudah katakan, seharusnya sejak bulan April 2020, ditutup saja Liga 1 2020. Biar klub tidak terlalu merugi. Mengapa baru sekarang, setelah klub-klub merugi selama 11 bulan tanpa kepastian. Lebih baik fokus saja untuk musim berikutnya, Liga 1 2021.’’
‘’Saran saya untuk PSSI dan PT LIB, mereka harus serius mengurus izin kompetisi kepada kepolisian. PSSI dan PT LIB juga harus ajak Menpora, KONI Pusat dan Satgas Covid-19, bersama-sama kepolisian, duduk satu meja bicarakan persiapan kompetisi nanti,” tegas mantan Chairman PSSI Primavera 1994-1996, Rahim Soekasah, kepada DI’s Way Malang Post
Bahkan pria yang juga pernah menjabat Ketua Badan Tim Nasional (BTN) pada 2009 dan kini Chairman klub Australia, Brisbane Roar, juga mengingatkan PSSI dan PT LIB. Terkait langkah-langkah apa yang sejatinya ditempuh, sebelum menggelar Liga 1 2021 ke depan.
‘’Ada baiknya PSSI atau PT LIB, harus bisa meyakinkan kepolisian, untuk perizinan kompetisi mendatang. Kompetisi ketat menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Jika diberikan izin, saran saya yang terbaik bagi PSSI dan PT LIB, kompetisi Liga 1 2021 dimulai Agustus 2021. Agar persiapan betul-betul baik. Karena sesudah bulan puasa dan lebaran. Jadi bisa full untuk persiapan,’’ imbuh mantan Manajer tim Pelita Jaya 1985-1996 tersebut.
Sejatinya kepolisian melalui Kadiv Humas Polri, Irjen. Pol. Prabowo Argo Yuwono pada bulan Oktober dan November 2020 menegaskan, tak akan memberikan izin keramaian bagi kelanjutan kompetisi. Ketika itu atas pertimbangan wabah Covid-19 masih berlangsung. Juga bentrok dengan serangkaian agenda Pilkada serentak 2020.
Arema FC seperti halnya 17 tim lainnya, kini tak hanya menanti penjadwalan penyelenggaraaan kompetisi musim baru Liga 1 2021. Namun mulai berpikir soal kerugian internal klub, sebagai imbas membatalan kompetisi. Baik nasib kontrak pemain, pelatih dan sponsor, maupun nilai defisit lainnya.
Dalam kurun waktu 11 bulan tanpa kompetisi, hanya sempat berlatih selama tiga bulan saja (3 Agsutus-30 Oktober 2020), praktis tak ada pemasukkan. Tetapi tetap terbebani biaya operasional bulanan.
Kerugian yang dialami tim Singo Edan, juga tim lainnya dalam 11 bulan terakhir ini tanpa kejelasan kompetisi, memang bervariasi. Besarannya juga berbeda. Tapi paling tidak terdapat empat kerugian yang mencolok mata.
Pertama, manajemen Arema FC sejak April 2020 hingga Februari 2021, tetap membayar gaji pelatih dan pemain. Besarnya 25 persen sesuai ketentuan PSSI. Padahal sejak April 2020 hingga saat ini, enam sponsor tim enggan mencairkan sisa fresh money, sebelum ada lanjutan kompetisi.
Kerugian ketiga, janji PT LIB memberikan bantuan subsidi satu musim Liga 1 2020 total Rp 5,2 miliar. Kenyataannya baru dibayarkan Rp 1,040 miliar, dalam dua termin. Masing-masing sebesar Rp 520 juta. Sisa termin subsisi sebesar Rp 4,160 miliar, belum juga cair.
Keempat, tanpa turunnya surat keputusan atau SKEP penghentian Liga 1 2020 dari PSSI, manajamen klub rawan tuntutan hukum. Terkait kontrak dengan sponsor, pemain dan pelatih.
‘’Liga 1 2020 memang telah diputuskan dihentikan. Atau tepatnya dibubarkan. Itu juga atas keinginan mayoritas klub-klub. Saya hanya berharap, semoga untuk Liga 1 2021 kompetisi bisa berjalan. Sebelum sepak bola di Indonesia sendiri mati suri. Harapan saya kepada PSSI dan PT LIB, ke depan agar pihak Polri diberi masukkan soal kompetisi,’’ ujar mantan striker Timnas Indonesaia era 1990-an, Muhammad ‘Mamak’ Zein Al Hadad.
Mantan pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2015 tersebut, juga mengingatkan semua para stakeholder klub-klub, ke depannya wajib menjalankan aturan atau persyaratan yang diberikan. Jika kompetisi nantinya benar-benar digelar.
Mulai protokol kesehatan hingga semua laga tanpa penonton. Karena pandemi Covid-19 masih ada. Di sisi lain, dia juga bisa memaklumi, penghentian kompetisi sertamerta klub-klub sudah terlanjur sangat merugi. Setelah 11 bulan tanpa kejelasan.
‘’Saya pribadi tidak tahu, apa pertimbangan mereka sampai mengambil keputusan membatalkan Liga 1 2020. Kalau pertimbangannya pandemi Covid-19, kan ini fase new normal. Di negara-negara ASEN bahkan Eropa dan Amerika, kompetisi mereka tetap berlangsung.’’
‘’Tanpa Kompetisi yang baik dan benar. Jangan harap melahirkan pemain-pemain yang berkualitas. Kalau dikaitkan dengan usia kepengurusan PSSI dalam satu tahun ini, menurut saya problem terbesar ada pada komunikasi,’’ timpal David Sulaksmono, mantan gelandang Timnas Indonesia era 1980-an tersebut.
Problem komunikasi yang menjadi handicap internal kepengurusan PSSI, menurut mantan gelandang Timnas Indonesia U-19 pada Piala Dunia U-19 di Tokyo, Jepang (1979) itu, salah satunya ketidak adanya jalinan komunikasi yang baik. Pun dengan transparan antara PSSI dengan anggotanya. Bahkan juga, masih lanjutnya, Ketum PSSI terlalu lama mengangkat seorang Sekretaris Jenderal tetap, sebab fungsi seorang sekjen adalan ruh-nya feredasi.
‘’Sebenarnya kalau mau dikatakan, sepak bola itu sebenarnya sederhana. Itu kalau mau dibuat sederhana. Tetapi jika dibikin rumit, ya jadi tidak karuan jadinya. Lihat saja, memutuskan kompetisi dihentikan sampai butuh waktu 11 bulan. Sementara selama 11 bulan, klub-klub selalu diberikan harapan yang tak pasti. Mereka tentu merugi,’’ imbuhnya. (act/rdt)
Kerugian Arema FC
- Tetap membayar gaji pelatih-pemain 25 persen (SKEP/48/III/2020)
April 2020 hingga Desember 2020 (8 bulan di 2020)
Januari 2021-Februari 2021 (2 bulan di 2021)
- Sponsor tak mencairkan sisa fresh money
Bola88.fun
Joseph Refo Investment Inc
Indomie (PT Indofood Sukses Makmur)
Rhinoflex (Rhino Indonesia)
Kratingdaeng
MS Glow For Men
- PT LIB tak mencairkan sisa termin subsisi
Total subsidi : Rp 5,2 miliar
Subsidi belum cair : Rp 4,160 miliar
Subsidi dibayarkan : Rp 1,040 miliar (2 termin)
untuk tim-tim Liga 1 2020 (Rp 5,2 M per klub)
Keputusan Tak Berujung PSSI dan PT LIB (Maret 2020-Januari 2021)
15 Januari 2021 Owner Club Meeting Liga 1 2020 secara virtual bersama PT LIB, mayoritas klub mengusulkan pembubaran Liga 1 2020 dan digelarnya musim baru Liga 1 2021 dengan proyeksi penyelenggaraan Maret-November 2021
16 November 2020 Surat Keputusan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan lewat SKEP/69/XI/2020 memutuskan Liga 1 2020 digelar Februari-Juli 2021
02 November 2020 Dirut PT LIB, Akhmad Hadian Lukita melalui SK PT LIB Nomor 394/LIB-KOM/XI/2020 menunda Liga 1 2020 sampai dengan Februari 2021 dengan titel baru Liga 1 2020/2021
30 Oktober 2020 Hasil Rapat Exco PSSI Nomor 2284/AGB/417/X-2020 menunda Liga 1 2020 sampai dengan Januari 2021
13 Oktober 2020 Extraordinary Club Meeting di Yogyakarta , PT LIB bersama 18 klub sepakat untuk melanjutkan kompetisi Liga 1 2020 pada November 2020.
27 Juni 2020 Surat Keputusan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan lewat SKEP/53/VI/2020 tentang kompetisi dalam keadaan luar biasa tahun 2020 dilanjutkannya bulan Oktober 2020
27 Maret 2020 Surat Keputusan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan lewat SKEP/48/III/2020 mengizinkan semua klub membayarkan gaji pemain/pelatih sebesar 25 persen pada Liga 1 2020 yang terhenti karena pandemi Covid-19
14 Maret 2020 Menpora RI Zainudin Amali bersama PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sepakat menghentikan sementara semua level kompetisi di Indonesia karena pandemi Covid-19