Malang – PT Liga Indonesia baru (PT LIB), masih memiliki utang sisa termin subsidi. Totalnya Rp 4,160 miliar terhadap Arema FC. Juga pada 17 klub lainnya yang belum terbayarkan. Pasca Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, membacakan hasil rapat Exco PSSI (executive committee) tanggal 20 Januari 2021. Lanjutan kompetisi Liga 1 musim 2020, dibatalkan.
‘’Sebagai anggota PSSI, tentu Arema harus mematuhi keputusan itu. Ketika PSSI memilih membatalkan kompetisi Liga 1 2020. Pertimbangan pandemi Covid-19 yang dipakai. Di balik penghentian itu, tentu saja PT Liga Indonesia Baru masih memiliki utang subsidi kepada klub-klub yang belum cair.’’
‘’Tapi Arema mempunyai padangan beda. Kalau sisa subsidi yang tertunda itu belum dibayar (Rp 4,1 miliar, Red.), ya Arema makmuman saja. Kami tahu PT LIB sempat mengeluhkan soal keuangan juga. Saya pikir mereka akan menyetop subsidi. Kalau Arema maklum, wajar itu dilakukan karena tidak ada kompetisi,’’ ungkap Manajer tim Singo Edan, Ruddy Widodo.
PT LIB sendiri sebelum kick off Liga 1 2020, pada bulan Januari 2020 lalu, menjanjikan bantuan atau subsidi satu musim, total Rp 5,2 miliar bagi setiap klub. Namun maraknya wabah pandemi Covid-19, di seantero Tanah Air dan dunia, memaksa kompetisi terhenti selepas pekan ketiga, sampai 11 bulan kemudian.
Imbasnya, PT LIB hanya sanggup membayarkan subsisi sebesar Rp 1,040 miliar. Yang dibayar dalam dua termin. Masing-masing sebesar Rp 520 juta. Sisa termin subsisi sebesar Rp 4,160 miliar, tak kujung cair. Meski sempat dijanjikan pada Februari 2021 akan dibayarkan Rp 800juta.
Di sisi lain, terhentinya kompetisi Liga 1 2020, menurut Ruddy Widodo, juga berdampak secara psikologis terhadap keenam sponsornya. Jika ingin melanjutkan kerjasama pada musim berikutnya Liga 1 2021. Keenam sponsor Arema FC yang bernilai Rp 25 miliar dalam satu musim 2020, hanya empat menikmati display atau tayang brand image produknya, dalam tiga laga awal saja. Adalah Bola88.fun, Joseph Refo Investment Inc, Indomie (PT Indofood Sukses Makmur), Rhinoflex (Rhino Indonesia), Katingdaeng dan MS Glow For Men.
‘’Kami tentu juga khawatir, jika PSSI dan PT LIB menggelar kompetisi baru. Seperti misalnya Liga 1 2021 atau Liga 1 2021/2022. Kami tentu relatif kesulitan mencari sponsor. Atau mempertahankan yang sudah bekerjasama pada musim sebelumnya.’’
‘’Sponsoship yang lama, secara psikologis mereka tentu mikir. Apakah kompetisi nantinya lancar lagi? Mereka juga tidak mau mengeluarkan uang lagi. Pasti alasannya susah di masa pandemi Covid-19. Kalaupun mereka mau bertahan, juga tidak mungkin nilai sponsor naik. Kalau sampai (nilainya) tetap saja, sudah alhamdulillah,’’ kata Ruddy.
Sebelumnya, melalui rapat komite eksekutif PSSI, yang diselenggarakan Rabu (20/1) lalu, menghasilkan beberapa keputusan. Diantaranya, untuk musim kompetisi 2020 — 2021 dibatalkan karena kondisi kahar (force majeure), terkait dengan pandemi Covid-19.
Kedua, tidak ada juara dan tidak ada degradasi. Ketiga, peserta kompetisi Liga 1 dan 2 musim 2021 adalah peserta kompetisi musim 2020. Keempat, kontrak pemain diatur oleh klub, mengacu kepada aturan keadaan kahar di dalam kontrak masing-masing klub.
Menurut Mochamad Iriawan, keputusan Exco PSSI ini didasari oleh masukan klub Liga 1 dan 2. Seperti diketahui Owners Meeting klub Liga 1 dan 2 sudah dilakukan pada 15 Januari 2021.
‘’’Berdasarkan masukan dan kemudian Exco PSSI membahasanya, akhirnya diputuskan soal kejelasan Liga 1 dan 2 itu. Exco PSSI memutuskan kompetisi Liga 1 dan 2 musim 2020 dibatalkan,’’’ kata Iriawan dikutip laman resmi PSSI.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita mengatakan, sebelum keputusan Exco PSSI ini, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan klub-klub Liga 1 dan 2 melalui virtual meeting.
‘’PT LIB sudah mempresentasikan alasan kenapa liga tidak diizinkan, termasuk surat permohonan izin dan berbagai upaya yang sudah dilakukan termasuk melakukan kunjungan kepada petinggi/pejabat terkait,’’ imbuhnya. (act/rdt)