Malang – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo meminta penangananan pengungsian warga yang terdampak gempa bumi Sulawesi Barat (Sulbar), agar memisahkan antara kelompok rentan dengan usia muda.
Hal tersebut dilakukan, guna mencegah penularan dan mengantisipasi adanya potensi risiko penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di tempat pengungsian.
‘’Di pengungsian diharapkan ada pemisahan antara kelompok rentan dengan kelompok yang berusia muda. Kelompok rentannya harus kita lindungi, karena ada Covid-19,’’ jelas Doni, Minggu (17/1).
Adapun yang dimaksud dalam kelompok rentan adalah bagi mereka yang berusia lanjut, warga yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil, ibu menyusui, disabilitas, balita dan anak-anak.
Selain itu, Doni Monardo yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19 itu juga memberikan dukungan berupa alat test cepat antigen, untuk memeriksa dan menelusuri adanya penularan COVID-19 di lingkungan pengungsian.
‘’Nanti akan ada proses swab antigen, untuk kita menjamin para pengungsi tidak terpapar Covid-19,” kata Doni.
Apabila dikemudian hari terdapat warga pengungsi yang reaktif swab antigen, maka akan segera mendapatkan tindak lanjut dari Dinas Kesehatan setempat.
Berdasarkan data per 17 Januari 2021 pukul 14.00 WIB, Pusat Pengendali Operasi BNPB melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa, menjadi 73 orang. 64 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan sembilan orang di Kabupaten Majane.
Selain itu, terdapat 554 korban luka di Kabupaten Majene dengan rincian, 64 orang luka berat, 215 orang luka sedang dan 275 orang luka ringan. Terdapat 27.850 orang mengungsi di 25 titik pengungsian yang tersebar di Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang serta Desa Limbua.
Sedangkan di Kabupaten Mamuju, terdapat 189 orang mengalami luka berat atau rawat inap dan terdapat lima titik pengungsian di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.
Selanjutnya, terdapat pelayanan kedaruratan pada tiga rumah sakit yang saat ini aktif di Kabupaten Mamuju. Yaitu RS Bhayangkara, RS Regional Provinsi Sulawesi Barat dan RSUD Kabupaten Mamuju.
BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI – Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak.
Dalam kesempatan tersebut, Doni Monardo juga meminta agar masyarakat Mamuju, tidak mudah terpengaruh dengan kabar bohong atau informasi hoaks, yang beredar dan meresahkan warga. Terkait peristiwa gempabumi Sulawesi Barat (Sulbar) 6,2 magnitudo.
‘’Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,’’ kata Doni, saat melakukan peninjauan lokasi terdampak gempabumi Sulbar bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono dan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Mamuju, Sulbar.
Sebelumnya BMKG telah merilis informasi mengenai adanya potensi gempa susulan. Akan tetapi pihaknya memastikan, kekuatannya tidak akan sebesar gempa kedua atau mainshock seperti yang terjadi pada Jumat (15/1) dini hari.
Lebih lanjut, BMKG meminta agar masyarakat tetap tenang namun waspada, guna mengantisipasi adanya potensi gempa susulan tersebut.
BNPB juga mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dengan tebing curam, untuk waspada terhadap longsoran dan reruntuhan batu. Selain itu, bagi yang tinggal di kawasan pantai atau pesisir, diharapkan untuk selalu waspada dan segera menjauhi pantai apabila merasakan adanya gempa susulan. (*rdt)