Makan merupakan aktivitas rutin sehari – hari yang pasti dilakukan manusia pada semua kelompok umur, jika dilihat sepintas tampaknya sangat sederhana namun sebenarnya makan merupakan sesuatu kegiatan yang kompleks dengan melibatkan berbagai faktor seperti fisik, psikologis, dan lingkungan. Salah satu fungsi penting dari makan yaitu untuk pemenuhan nutrisi. Hanya saja kegiatan makan ini sering kali dianggap remeh pada beberapa orang mulai dari pemilihan jenis makanannya, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan, frekuensi makan, khususnya pada kelompok usia anak – anak pra sekolah. Anak–anak usia pra sekolah sendiri masih belum mengerti bagaimana pentingnya dan makan yang sehat untuk dirinya dan masih sangat bergantung pada peran pengasuh dan orang tuanya. Kemauan anak untuk makan dan mood anak menjadi hal yang berpengaruh besar pada perilaku makan anak dan bisa juga karena kondisi fisik anak yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan akibat penyakit yang mungkin dialami si anak.
Fenomena sulit makan dan penolakan terhadap makanan menjadi perilaku biasa pada anak pra sekolah yang membuat banyak orang tua stres. Hal ini menjadi wajar karena untuk mengkonsumsi sejumlah makanan memang merupakan kegiatan sukarela. Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang menganggap hal ini bukan suatu permasalahan yang penting, karena dampak yang ditimbulkan memang berlangsung lama tidak serta merta dampak terlihat pada anak tidak mau makan pada saat itu.
Kondisi ini harusnya menjadi hal serius untuk diperhatikan karena akan berdampak pada tumbuh kembang anak dan kemungkinan kualitas hidup yang kurang optimal di masa dewasa. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan baik dan cepat akan mengakibatkan tidak terpenuhinya zat gizi anak baik zat gizi makro maupun mikro yang apabila dibiarkan akan menimbulkan permasalahan komplikasi jangka panjang seperti kekurangan gizi kronis/mal nutrisi, gangguan tumbuh kembang, mengganggu perkembangan kecerdasan anak, gangguan sistem imun, dan meningkatkan risiko infeksi pada anak.
Berikut ada beberapa tips yang bisa diterapkan dalam menangani anak dengan permasalahan sulit makan :
- Konsumsi bahan makanan yang mengandung stimulan nafsu makan seperti :
- Madu : Madu mengandung kadar fruktosa dan glukosa yang akan mempercepat kerja insulin dalam menyimpan glukosa dalam sel dan menurunkan glukosa dalam darah. Hal ini akan mempercepat penurunan kadar insulin dalam tubuh. Fruktosa yang tinggi tidak memerlukan bantuan insulin untuk menyimpan dalam sel-sel tubuh. Penurunan bahkan ketiadaan insulin ini memengaruhi hipotalamus yang pusat pengendalian nafsu makan (Reny dkk, 2010)
- Curcuminoid (seperti pada kunyit, temu lawak, kayu manis, jahe, black pepper): dapat meningkatkan nafsu makan dengan membantu memperlancar produksi cairan empedu dan sekresi pankreas yang menstimulus hipotalamus ventromedial, menginduksi sekresi GLP-1 dan memperbaiki glikemia postprandial (Zanzer et al, 2019).
- Makanan sumber seng (daging sapi, buncis, lentil, susu dan olahannya, telur, biji-bijian, sayuran hijau, udang). Seng merupakan salah satu mikronutrien yang merangsang asupan makanan melalui saraf vagus aferen pada hipotalamus dan merangsang fungsi indera perasa, karena itu mempengaruhi nafsu makan (Kusumastuti etal, 2018).
- Makanan sumber Vitamin B1(Tiamin) seperti: daging telur, kacang-kacangan, gandum, sayur kol, jeruk, kentang, sereal) : kekurangan vitamin B1 menyebabkan penurunan nafsu makan pada anak (Valevski, 2010).
- Makanan sumber omega-3 (minyak ikan) : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lemak omega-3 berbasis laut dapat meningkatkan nafsu makan dan keinginan seseorang untuk makan.
- Hindari semua jenis gangguan pada saat makan (seperti menonton televisi, game, ponsel, mainan, dan buku) atau kebisingan lainnya.
- Beri makan pada anak dengan interval 3–4 jam untuk mendorong dan memaksimalkan nafsu makan serta menghindari makanan ringan dan minuman di antara waktu makan;
- Peran orang tua menjadi penting dalam praktek pemberian makan pada anak dengan menjaga sikap netral yang menyenangkan selama anak makan dengan wajah tersenyum sepanjang makan dan tidak pernah menjadi cemas, marah
- Membatasi durasi waktu makan tidak lebih dari 20-30 menit;
- Menyajikan makanan yang sesuai dengan usia sesuai dengan kemampuan dan perkembangan motorik anak
- Untuk anak-anak dengan pilih-pilih makan yang ringan, bisa memberikan makanan dengan mencampurkan bahan makanan bergizi dalam makanan yang disukai anak dan menyajikan dalam bentuk yang menarik.
- Pola makan teratur
- Hindari pemaksaan makan pada anak, hal ini akan menyebabkan anak trauma terhadap makanan (Yang, H.R., 2017).
Deteksi dini penyebab masalah kesulitan makan pada anak sangat penting agar dampak yang ditimbulkan bisa dicegah. Dalam mengatasi masalah kesulitan makan pada si anak bersifat individual disesuaikan dengan kondisi masing – masing anak, namun pada dasarnya perlu untuk orang tua melakukan identifikasi faktor apa yang menyebabkan anak sulit makan, mengevaluasi dampak yang telah terjadi, serta upaya memperbaiki nutrisi dan penyebab si anak.
Penulis : Iffana Mahiror Azhaar Ashad, S.Gz
(Mahasiswa Profesi Dietisien. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya )