
MELIUK ENERGIK: Empat mahasiswi yang menampilkan tari Gelang Ro’om di ajang Apresiasi Seni dan Sastra Nasional II. (Foto: Istimewa)
Malang – Menjadi guru tingkat SD memang harus multi talenta. Tak sekedar mengajar, tapi bisa menjadi panutan muridnya mengejar prestasi. Maka perlu memiliki kemampuan non akademik.
Seperti empat mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini. Menekuni seni tari sejak usia dini. Venina Aurelya Nur Divani, Tara Narendra Kirana, Tri Tungga Dewi dan Nadya Felia Faranida, menjadi juara nasional.
Awal tahun ini, mahasiswi angkatan 2018 tersebut berkompetisi pada ajang Apresiasi Seni dan Sastra (ASTRA) II.
Venina mengungkapkan, gelaran itu adalah lomba pertama yang mereka ikuti. Proses persiapannya juga tergolong singkat. Mereka melakukan banyak riset pada beberapa jenis tari kreasi tradisional. Hingga memutuskan menampilkan Tari Gelang Ro’om.
Menggambarkan karakter perempuan Madura yang energik dan mandiri. Gelang adalah simbol sumber semangat perempuan perantau Madura. Tekun dan pekerja keras. Ini menjadi pertimbangan bagi Venina dan kawan-kawan memilihnya.
“Tarian ini dipilih setelah kami berkumpul untuk memulai latihan perdana. Gelang Ro’om ini memiliki filosofis sangat dalam dan luhur,” jelasnya lebih lanjut.
Singkatnya waktu persiapan, tidak menjadi kendala berarti bagi mereka. Selama persiapan pun, mereka fokus pada enam indikator penilaian yang ditetapkan panitia. Mulai dari kostum, penampilan, kekompakan grup, ide garap, ekspresi, serta wiraga, wirasa, dan wirama.
“Sebenarnya kami tidak menemukan kendala yang besar. Mungkin yang menjadi kekhawatiran adalah jika ada salah satu anggota kami yang tidak bisa datang ke Malang,” imbuh Tara, salah satu anggota tim.
Mahasiswi PGSD UMM ini, terbilang lama bergelut di seni tari. Tri Dewi, salah satunya. Sudah menari sejak di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Salah satu tarian yang sering ia tampilkan adalah Tari Pasuruan Gumuyu.
“Sejak belia saya memang sudah mulai suka menari. Sampai akhirnya SMA saya ikut paguyuban tari di Pasuruan,” papar Dewi.
Soal kemenangannya, mereka menyatakan berusaha menyiapkan yang terbaik sejak awal. Keinginan untuk membanggakan alamamater menjadi pemicu semangat.
“Kami selalu positiv thinking dari awal. Berniat membanggakan kampus, fakultas dan jurusan. Sehingga dari awal kami latihan, sudah menanamkan semangat. Menguatkan niat untuk berusaha sebaik mungkin agar mendapatkan juara,” terang keempat mahasiswi ini dalam panggilan video.
Tak puas dengan urutan kedua. Mereka kini mempersiapkan diri lebih matang. Untuk turun di ajang lain. Targetnya juara utama. (roz/jan)