Batu – Sejak sepekan lalu benda asing tampak berdiri kokoh di Balai Kota Among Tani Kota Batu. Benda itu merupakan salah satu aplikasi dari Batu Tracking-19 yang bernama physical distancing monitoring. Peralatan digital ini berfungsi untuk menegur masyarakat agar selalu menerapkan physical distancing, sebagai salah satu langkah menanggulangi penyebaran Covid-19.
Ketika ada seseorang yang tak menerapkan physical distancing, secara otomatis alat akan mendeteksi dengan menimbulkan peringatan berupa bunyi sirine. Batu Tracking-19 merupakan inovasi dari Among Tani Foundation (ATF).
Person In Charge (PIC) Batu Tracking-19, Fitriatul Aini menjelaskan, pemasangan alat di Balai Kota Among Tani merupakan salah satu wujud dari kepedulian ATF terhadap preventif inkubasi Covid-19.
“Jadi ATF ini berinisiasi untuk memasang salah satu alat dari Batu Tracking-19 di sejumlah titik. Di antaranya, di Balai Kota Among Tani,” ungkap Vevita, sapaan akrab Fitriatul Aini, kepada Di’s Way Malang Post, Minggu (10/1).
Dipaparkan Vevita, untuk Balai Kota Among Tani saat ini sudah terpasang di empat titik berbeda. Yakni; lobi utama Among Tani, lobi Kantor Dispendukcapil, lantai lima depan ruang walikota, dan di Masjid Brigjen Soegiyono. Peralatan ini juga sudah terpasang di salah satu desa. Yaitu, Desa Pandanrejo.
Dipaparkan vevita, pihaknya memiliki target bisa memasang di 35 titik yang tersebar di seluruh Kota Batu. Rinciannya di 24 desa dan kelurahan, empat titik di Among Tani, tiga titik di Alun-alun KWB, Perumdam Among Tirto, Polres, Kejaksaan, dan Gedung DPRD.
“Saat ini sudah terpasang di kantor Desa Pandanrejo dan Balai Kota Among Tani. Sedang minggu depan ini, kami akan memasang tiga titik di Alun-alun Kota Batu. Yaitu, dua di pintu masuk dan satu di pintu keluar. Pemilihan lokasi ini karena tempat-tempat itu menjadi pusat penumpukan masa,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memasang kamera di beberapa titik lainnya. Kamera itu akan disambungkan langsung ke spiker, agar ketika ada pengunjung yang tak menerapkan protokol kesehatan (prokes) maka bisa diingatkan oleh petugas.
Setelah itu, lanjut Vevita, pihaknya juga akan memasangnya di Perumdam Among Tirto. Dilanjutkan pada minggu berikutnya akan dipasang di Kelurahan Temas. Nantinya, pihaknya juga akan terus mengembangkan alat itu. Berupa presensi para pegawai yang bisa dilakukan hanya lewat ponsel yang disambungkan ke kamera dan juga lokasi orang itu.
“Jadi meski hanya presensi lewat wajah, orang itu juga tetap harus berada di lokasi, sehingga tidak bisa mencurangi,” ungkapnya.
Peralatan physical distancing terdiri dari kamera, proyektor, dan tripod. Ke depannya alat itu juga akan dipasang monitor scan. “Untuk pengawasan alat yang terpasang di berbagai tempat itu, kami telah memiliki petugas tersendiri. Selain itu, alat itu juga bisa diawasi dari jauh. Kami juga melakukan pengecekan secara berkala,” jelasnya.
Untuk ke depannya agar masyarakat tidak bosan dan semakin memahami fungsi dari alat itu, papar Vevita, pihaknya akan mengubah suara dari alat itu. Saat ini hanya berbunyi tuttt tuttt…., maka nantinya diubah menjadi suara yang menyatakan imbauan agar menerapkan physical distancing.(ano/ekn)