Jakarta – Pengobatan pasien Covid-19, mulai menemukan harapan melalui terapi plasma konvalesen. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito menyatakan, saat ini terapi tersebut sudah bisa diakses masyarakat melalui Palang Merah Indonesia (PMI).
‘’Saat ini terapi plasma konvalesen, sudah dapat diakses masyarakat yang membutuhkan melalui Palang Merah Indonesia di pusat,’’ jelasnya saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, akhir pekan kemarin.
PMI pun membuka bagi masyarakat yang ingin menjadi donor. PMI menentukan syarat pendonor adalah diutamakan laki-laki dan bagi wanita, belum pernah hamil dan juga belum memiliki anak.
Untuk penyintas Covid-19 yang akan mendonorkan plasmanya, perlu menunjukkan test swab PCR negatif, bebas gejala Covid-19 selama 14 hari setelah dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri.
Di samping itu, terkait rincian terapi plasma konvalesen ini, Wiku merujuk pada hasil penelitian terkini, terapi ini dapat mencegah perkembangan gejala yang lebih parah.
‘’Terapi plasma konvalesen adalah penggunaan plasma darah yang mengandung antibodi dari orang-orang yang telah sembuh dari Covid-19, sebagai pengobatan pasien Covid-19,’’ jelasnya.
Penelitian yang dilakukan Libster dkk terkait terapi ini, terhadap sejumlah pasien Covid-19 berusia di atas 65 tahun di Argentina, menunjukkan hasil yang baik.
Penelitian ini menyatakan, pasien yang diberikan plasma konvalesen dengan titer antibodi Sars Cov-2 yang tinggi, dalam kurun waktu 72 jam setelah munculnya gejala ringan, menunjukkan adanya penurunan risiko. Untuk mengalami gangguan pernapasan berat atau severe respiratory disease yang merupakan salah satu penyebab kematian tersering Covid-19.
Sementara itu, terkait semakin tingginya tingkat kematian tenaga kesehatan, Satgas Penanganan Covid-19 saat ini telah membentuk bidang baru. Yaitu Bidang Perlindungan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
‘’Dan menurunkan penambahan angka kematian tenaga kesehatan akibat Covid-19, dengan pendekatan promotif dan preventif, serta kuratif dan rehabilitatif melalui respon cepat,’’ jelas Wiku.
Hal ini juga, menurut Wiku, sebagai upaya pemerintah melengkapi upaya penanganan pandemi Covid-19. Keberadaan tenaga kesehatan saat ini, semakin berkurang karena gugur menjadi korban terpapar Covid-19.
Dari data yang disampaikan sebelumnya, Wiku menyebut bahwa hingga saat ini sudah tercatat ada 237 dokter yang meninggal. Dimana tren dokter yang meninggal, cenderung mengalami peningkatan dan terutama terjadi di bulan Desember 2020.
Jika masyarakat terus abai dan tidak menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat, maka fasilitas kesehatan yang ada tidak akan cukup menangani kasus-kasus baru.
‘’Satu-satunya cara bagi masyarakat adalah dengan mencegah penularan dan menjalankan 3M. Yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun di air mengalir,’’ pesan Wiku. (rdt)