Malang – Dampak masifnya penyebaran virus Covid-19 memukul hampir semua sektor usaha ditanah air. Tidak hanya pelaku usaha kuliner, pariwisata, properti hingga bisnis rumahan yang terkena imbas, bisnis tekstil mengalami nasib yang sama. Padahal, ketika sebelum pandemi, bisnis tekstil sempat naik daun.
Menurut seorang pelaku usaha tekstil di Kota Malang, Agung, pandemi ini membuat bisnis tekstilnya mengalami penurunan omzet hampir 80 persen dalam setahun terakhir. Diduga akibat dari daya beli masyarakat yang menurun. Terus ditambah dengan berbagai kebijakan pemerintah terkait Covid-19.
“Salah satu yang menjadi target masyarakat sebelum adanya pandemi adalah penjualan kain untuk acara resepsi pernikahan, baik untuk pasangan pengantin maupun pihak keluarga. Tetapi, sejak Maret tahun lalu, ketika ada pembatasan sosial untuk keramaian, seperti acara resepsi pernikahan di hotel dan restoran, permintaan kain hampir jarang,” tegasnya.
Owner Toko Putra Jaya itu menambahkan, untuk mengatasi minimnya daya beli masyarakat, dia mengurangi pasokan barang dari luar. Dia lebih memilih pasokan barang dari Kota Malang. Dia prioritaskan mengurangi stok yang ada di toko dengan penjualan eceran.
Beberapa jenis kain dijual eceran dengan harga Rp 30 ribu hingga Rp 130 ribu permeter. Di antaranya, kain Brokat dan Tulle, dan lainnya. Kain eceran ini banyak dicari untuk bahan gaun pernikahan.
Seorang pelanggan bahan tekstil,Khairul, mengungkapkan, masyarakat lebih menahan untuk melakukan transaksi. Masyarakat masih menunggu kondisi kembali normal. Kondisi ini menyebabkan produksi tekstil seperti baju dan celana banyak yang tertahan di gudang maupun toko, sehingga dia lebih memilih menghentikan produksi untuk menutup biaya oprasional.
“Sekarang masyarakat banyak yang mengurangi pemesanan baju maupun celana.Resepsi pernikahan juga banyak yang ditunda. Tetap digelar pun permintaan baju pengantin juga tidak sebanyak saat normal,” tutur Khairul.
Khairul menambahkan, dengan adannya wabah Covid-19 ini, masyarakat masih tetap semangat, terutama mereka yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tekstil. Karena pasar masih terbuka, dan peluangnya cukup besar. Masyarakat bisa mengisi waktu luang dirumah dengan membuat hasil produk tekstil seperti merenda dengan cara merajut untuk kemudian dijual di toko. Juga bisa membuka kursus desain fashion untuk kalangan anak muda, atau membuat aksesoris dari bahan kain yang unik. (Zia/ekn)