Malang – Fanatisme dan totalitas Yuli Sumpil, tak diragukan lagi. Dalam mendukung tim kota kelahirannya, Arema FC. Bahkan pertamakali terjun langsung, sebagai suporter di tribun Stadion Gajayana Malang, saat masih duduk di bangku kelas 5 SD. Sekitar tahun 1987 silam. Saat Arema pertama kali berdiri.
Geliatnya kian mengemuka ke level nasional bahkan internasional, saat pria bernama asli Yuli Sugianto tersebut, menjadi The Conductor. Dirigen bagi rekan-rekannya Aremania. Saat kompetisi Liga Indonesia Divisi Utama, musim 1998/1999. Ketika baru lepas bangku SMA tahun 1998. Dengan tampilan nyentrik dan welcome dengan suporter lain.
Kecintaaan pada Singo Edan, terlihat pada lanjutan Liga 1 2019. Di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Sabtu (03/08/2019) malam. Ketika Arema FC sukses memaksa imbang tuan rumah Persija Jakarta 2-2. Meski usai laga yang ditatap 51.230 penonton, pria kelahiran Malang, 14 Juli 1976 tersebut, limbung dan terjatuh di panggung sang dirigen.
Kelelahan fisik mengomando ribuan Aremania sepajang 2×45 menit. Ditambah perjalanan jauh Malang ke Jakarta, selama 12 jam lebih. Sepanjang 850 kilometer. Membuat tenaganya terkuras. Ditambah haru bercampur emosionalnya. Ketika memberikan dukungan. Menjadikan riwayat sakit flek pada paru-parunya, membuatnya kolaps.
Dia segera dilarikan menggunakan ambulance ke RSUD Tarakan. Di kawasan Jalan Kyai Caringin Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Berjarak 10 kilometer dari stadion warisan Presiden Ir Soekarno itu.
‘’Saya lihat Aremania dan The Jakmania, terus mendukung timnya. Mereka bersahut-sahutan dengan yel-yel luar biasa. Fantatis. Untuk Yuli Sumpil, saya salut dan dia sangat heroik dan fantastis,’’ ujar pelatih Arema FC saat itu, Milomir Seslija.
Alumni Madrasah Aliyah (MA) Al-Amin Blimbing, Kota Malang itu, diketahui bermaksud turun dari panggung. Untuk mengejar dan menahan seorang Aremania , yang turun ke lapangan. Padahal pertandingan belum selesai. Namun sebelum turun, mendadak dia pingsan.
11 tahun menjadi dirigen Singo Edan, baik di Stadion Gajayana, maupun Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Yuli Sumpil juga pernah merasakan atmosfer di luar lapangan. Dia menjadi pemeran film dokumenter di layar lebar. Yakni dua film Andibachtiar Yusuf, The Conductors (2008) dan Romeo Juliet (2009). Bersama Aremania, dia juga menyabet The Best Supporter pada Ligina VI tahun 2000, The Best Supporter Piala Indonesia 2006, The Best Supporter Piala Jenderal Sudirman 2015, juga pernah menjadi suporter terbaik dari PSSI tahun 2010/2011.
Meski kemudian dia juga sempat mendapat sanksi berat dari Komdis PSSI. Menyusul perilaku yang dilakukan, ketika Arema FC menggulung Persebaya Surabaya 1-0, di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, tanggal 6 Oktober 2018 sore.
Komdis PSSI, melarang Yuli Sumpil seumur hidup, tak boleh masuk stadion di wilayah Indonesia. Lantaran turun ke lapangan, saat jedah laga dengan tuduhan mengintimidasi pemain Persebaya. Lewat lemparan uang dan memprovokasi penonton. Namun dia secara ksatria menerima sanksi tersebut.
‘’Menjadikan Aremania, suporter yang kreatif dengan segala chant atau yel-yel, diiringan tetabuhan irama drum besar dan kecil, dengan gerakan mexican wave, butuh proses lama untuk membiasakan Aremania.’’
Sebelum era 1994 di awal liga, jarang dan tidak ada. Nonton ya nonton. Kalaupun ada, belum terkoordinir rapi. Bagi Aremania saat ini, mendukung Arema di dalam maupun luar Malang, bernyanyi-nyanyi sembari bergerak dan menabuhkan drum, menjadi satu keharusan,’’ ujar Yuli Sumpil.
Pelbagai koreografi lewat komandonya, kerap disuguhkan bersama Aremania dan Aremanita. Baik di Stadion Kanjuruhan maupun Stadion Gajayana. Juga di luar kadang. Semua tak dilepaskan dari sosok sang dirigen fenomenal, Yuli Sumpil. Pria yang berdomisili di bilangan Jalan Sumpil Gang I, RT 3/RW 4 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang tersebut, tak ubahnya guru bagi Aremania. Bahkan kalangan suporter di Indonesia.
‘’Tidak ada persiapkan khusus, untuk setiap kali menampilkan koreo baru. Kepada setiap korwil, selalu kami sosialisakan. Baik lewat youtube maupun rekaman video. Untuk dipelajari sebelum pertadingan.’’
Jadi saat pertandingan, Aremania tinggal menunggu kode gerakan tangan dan tubuh saya, untuk menirukannya. Soal koreo baru, saya ciptakan sendiri. Sebagian belajar dari suporter-supoter di Amerika Latin. Aremania di mata saya smart. Mereka mudah menangkap dan mengerti gerakan koreo baru sekali pun. Tidak butuh waktu lama,’’ imbuh Yuli. (act/rdt)
BIODATA :
Nama : Yuli Sugianto
Nama populer : Yuli Sumpil
Lahir : Malang, 14 Juli 1976
Pendidikan : MA Al-Amin Blimbing, Kota Malang
Orangtua : Asip (alm/ayah) dan Djuariyah (ibu)
Alamat : Jalan Sumpil Gang I, RT 3/RW 4 Kelurahan Purwantoro, Blimbing, Malang
Keterlibatan di sepak bola :
Menjadi suporter sejak kelas 5 SD
Menjadi Dirijen Aremania sejak 1998-1999
Penghargaan :
The Best Supporter Piala Jenderal Sudirman 2015 bersama Aremania
Suporter Terbaik dari PSSI tahun 2010/2011 bersama Aremania
The Best Suporter pada Ligina VI tahun 2000 bersama Aremania
The Best Supporter Piala Indonesia 2006 bersama Aremania
Film Dokumenter Terbaik (The Conductors) 2008
Film Romeo Juliet (2009)