
EDUKASI MITRA: Hendra (kaos merah) saat melakukan pendampingan dengan mitranya. (Foto: Istimewa)
Malang – Kreatifitas dalam situasi pandemi covid-19 dibutuhkan. Demikian juga dengan spirit kolektif. Semangat kebersamaan bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Soal pandemi, biarlah itu tanggungjawab pemerintah membasmi. Tapi soal kebutuhan makan setiap hari harus dipenuhi sendiri. Tidak bisa mengharapkan bantuan pemerintah. Karena faktanya, juga tidak tiap hari bantuan sosial atau BLT diterima.
Kepekaan sosial dibutuhkan untuk bangkit dari perekonomian yang terpuruk. Dibutuhkan spirit kebersamaan dan bergandengan tangan. Untuk menjalankan usaha. Sebagai upaya menafkahi keluarga.
Ini yang disikapi oleh Hendra Setiawan, owner Hero Lobster Farm Sidoarjo. Pihaknya ikhlas mengedukasi budidaya lobster air tawar. Bukannya menantang pandemi. Tapi jika berdiam diri, tidak akan bisa cari nafkah.
Budidaya lobster air tawar memang barang baru. Namun perlu dilakukan edukasi kepada para pemula. Agar bisa memahami teknisnya. Sehingga bisa optimal hasilnya.
“Kami sebenarnya sudah mulai membuka kemitraan budidaya lobster sejak tahun 2015. Alhamdulillah. Sampai sekarang makin berkembang baik. Kami ingin turut mengedukasi dan memberdayakan ekonomi masyarakat di tengah pandemi seperti sekarang ini,” ujar Hendra Setiawan, Kamis (7/1).
Ia menggambarkan pendampingan yang dilakukan. Yakni melakukan edukasi, pembimbingan secara berkala. Melalui konsultasi via media sosial. Juga survey langsung ke tempat budidaya mitra terjadwal.
Terkait garansi atau ganti rugi. Jika usaha ini gagal dijalankan mitra, ia mengatakan, semua usaha pasti memiliki resiko. Sudah tentu siapa pun tidak menginginkan kegagalan. “Saya menggaransi tiga hari. Jika terjadi kematian dari mulainya proses budidaya di tempat mitra,” urainya.
Peluang usaha ini sangat menjanjikan. “Karena komoditi ini, adalah salah satu kebutuhan pangan dengan mayoritas konsumen menengah ke atas. Oleh sebab itu value dari lobster ini tinggi,” tutur Hendra.
Setelah panen, lobster dijual ke resto, hotel dan warung seafood. Sistem pemasaran lainnya, dengan penunjukkan pengepul pada beberapa kota sesuai kesepakatan bersama.
“Ada beberapa kota yang sudah terdaftar menjadi partner untuk dijadikan pengepul. Hanya saja belum menyeluruh,” paparnya.
Ia yakin jika usaha ini bisa membangkitkan perekonomian rakyat Indonesia, saat pandemi. “Karena kegiatan ini bisa dilakukan di rumah. Bisa memanfaatkan lahan sekitar yang tidak terpakai,” imbuhnya.
Pihaknya sudah melakukan roadshow di sebagian kota/kabupaten di Jawa timur. “Lamongan, dan Tuban. Untuk skala Indonesia belum. Target saya masih di Jatim karena tim kita belum terkumpul,” terangnya.
Program jangka pendeknya, adalah mengedukasi masyarakat, dan mengajak bermitra menjalankan budidaya udang lobster. Mengubah lahan sekitar rumah menjadi lebih produktif.
Budidayanya bisa dikatakan mudah. Cukup menyediakan kolam terpal 2 x 0.5 meter. Indukan siap bertelur 10 ekor. Pakan selama sebulan, aerator, pelatihan di farm, buku panduan, hasil panen siap tampung kembali dan bimbingan sampai panen. (*jan)