
Malang – Menghalau paham radikalisme (mengakar) dan intoleransi dalam bermasyarakat. Menjadi poin penting yang dibahas dalam dialog intelektual. Digelar di gedung Sanika Satyawada, Mapolres Malang, Kamis (7/1) siang.
Salah satu cara yang harus dilakukan adalah, terus memperkuat pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila. Terutama, untuk mempertahankan ciri khas bangsa Indonesia. Yang di dalamnya terdapat banyak keberagaman. Mulai dari suku, bahasa, agama, budaya dan lainnya.
“Berdasarkan fakta masyarakat di Indonesia. Kita memiliki kondisi keberagaman perbedaan suku, ras, agama, bahasa dan hal lainnya,” ujar Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar.
Keberagamaan Indonesia juga dikuatkan dengan kondisi geografisnya, yang begitu luas. Sehingga sudah seharusnya, Bhineka Tunggal Ika tidak hanya menjadi slogan di negeri kepulauan ini. Melainkan harus dapat menjadi pengayom dalam keberagaman Indonesia.
“Keberagaman ini, harus mampu kita bina. Sebagai modal Bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Karena banyak contoh negara yang tidak mampu menjaga keberagaman. Akhirnya pecah antar suku, ras dan agama,” imbuh AKBP Hendri Umar.
“Kita harus berbangga hati. Bhinneka Tunggal Ika itu bukan suatu kelemahan, itu kekuatan dari berbagai potensi dan kekayaan yang kita miliki. Berbagai hal yang menjadi karakteristik sendiri itu yang menjadi daya tarik dan daya jual Bangsa Indonesia,” tegasnya.
Lebih lanjut, perwira kelahiran Solok, Sumatera Barat ini juga mengatakan: Polres Malang berusaha memfasilitasi pencegahan paham radikalisme dan intoleransi. “Kita melihat potensi Bhinneka Tunggal Ika untuk meredam radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Kita harapkan pandangan dan pola pikirnya untuk Indonesia yg lebih baik,” terangnya.
“Kita tidak boleh tergoyahkan. NKRI berlandaskan Pancasila. Sudah selayaknya ada beberapa pihak yang berusaha mengganggu kamtimbas di Indonesia harus kita awasi,” pungkasnya. (riz/jan)