
Prof Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19. (Foto: Satgas Penanganan Covid-19)
Jakarta – Paska libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021, jumlah pasien Covid-19 terlihat mengalami peningkatan. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito menjelaskan hal itu, berdasarkan data keterisian tempat tidur ruang ICU dan ruang isolasi di berbagai rumah sakit yang ada di Indonesia.
‘’Jika dilihat pada tren perkembangannya, keterisian ruang ICU dan isolasi secara nasional, semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Di beberapa daerah keterisian tempat tidur per 2 Januari, sudah melebihi 70 persen,’’ tegasnya saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta.
Diantaranya terjadi di provinsi DKI Jakarta 84,74 persen, Banten 84,52 persen, DI Yogyakarta 83,36 persen, Jawa Barat 79,77 persen, Sulawesi Barat 79,31 persen, Jawa Timur 78,41 persen, Jawa Tengah 76,27 persen, Sulawesi Selatan 72,40 persen dan Sulawesi Tengah 70,59 persen.
Hal ini menurut Wiku, harusnya menjadi peringatan bagi semua pihak. Indonesia sedang dalam keadaan darurat. Ditandai dengan ketersediaan tempat tidur yang semakin berkurang jumlahnya. Ia juga mengingatkan lagi, sisa tempat tidur yang masih ada, belum tentu bisa digunakan semua oleh pasien. Yang membutuhkan perawatan karena terbatasnya tenaga kesehatan di rumah sakit.
Dari data yang ada, Wiku menyebut hingga saat ini, sudah tercatat ada 237 dokter yang meninggal. Dimana tren dokter yang meninggal, cenderung mengalami peningkatan. Terutama terjadi di bulan Desember 2020. Jika masyarakat terus abai dan tidak menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat, maka fasilitas kesehatan yang ada, tidak akan cukup menangani kasus-kasus baru.
‘’Satu-satunya cara adalah dengan mencegah penularan dan menjalankan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan,’’ pesan Wiku.
Sementara itu menyinggung perkembangan peta zonasi risiko tingkat kabupaten/kota pada pekan ini, dia menyebut ada kabar baik. Jumlah daerah zona merah atau risiko tinggi, menurun signifikan dibandingkan pekan sebelumnya.
‘’Jika pada minggu sebelumnya terdapat 76 kabupaten/kota, maka pada minggu ini jumlahnya menurun menjadi 54. Tentunya ini adalah berita yang baik,’’ katanya.
Kabar baik lainnya, pada zona kuning atau risiko rendah yang jumlahnya pun meningkat dari pekan sebelumnya. Yakni dari 49 menjadi 57 kabupaten/kota. ‘’Ini adalah kabar yang baik,’’ imbuh Wiku.
Lalu, pada zona hijau tidak ada kasus baru, dalam sepekan ini juga meningkat dari delapan menjadi 11 kabupaten/kota. Dan zona hijau tidak terdampak jumlahnya tetap yaitu empat kabupaten/kota.
Meski demikian, hal yang perlu menjadi perhatian ialah pada zona oranye atau risiko sedang, masih dihuni mayoritas kabupaten/kota di Indonesia. Bahkan jumlahnya mengalami peningkatan dari sebelumnya 377 menjadi 388 kabupaten/kota.
‘’Penting untuk diketahui, zona oranye atau risiko sedang ini bukanlah zona aman. Apabila pimpinan daerah dan masyarakat harus lengah, maka zona risiko sedang ini merupakan pintu masuk menuju zona risiko tinggi,’’ ia menekankan.
Oleh karenanya, Wiku meminta para pimpinan daerah untuk menangani pandemi di wilayahnya berjalan dengan baik. Sehingga kasus dapat ditekan dan daerah dapat berpindah ke zona risiko yang lebih aman. (* rdt)