Malang – Pandemi covid-19 masih mendera sendi kehidupan masyarakat. Mengancam hidup yang sebenarnya. Juga mengancam kehidupan perekonomian.
Mencekam? Jelas. Karena ada yang ketakutan. Situasinya seperti perang. TNI-Polri diterjunkan.
Namun, ada juga sekelompok masyarakat yang bertahan. Mereka bertekad survive di tengah pandemi. Memilih tetap berkarya, berkreasi dan berprestasi.
Bukan takabur. Tapi berjuang menafkahi keluarga dan diri sendiri. Pandemi pun dihadapi. Seperti petani rakyat di berbagai wilayah di Kabupaten Malang. Tetap survive meski menghadapi berbagai macam tantangan.
Salah satunya petani Desa Sukodono Kecamatan Dampit. Dikenal mempunyai ikon hasil kebun berupa Salak Pondoh Lumut. Laris manis. Di setiap acara, selalu menjadi sajian.
Bahkan kini, membuka peluang bisnis baru. Pasokan bibitnya sangat dibutuhkan. Para petani siap menampung atau membelinya.
“Kami merasa kesulitan mencari bibit Salak Pondoh Lumut. Semoga ada jalan keluarnya,” ujar Edi, salah satu petani Salak Pondoh Lumut, Rabu (30/12).
Ini menjadi kesempatan bagi mereka yang punya keahlian budidaya bibit tanaman. Karena sudah ada buyer.
Soal harga jual buahnya, relatif stabil. Edi menjelaskan, saat ini salak dijual Rp 2500/per kg dari petani.
“Harga saat ini, sekitar Rp 2.500 per kilogram. Saya pingin harga bisa meningkat biar keuntungan bertambah,” tukas Edi.
Ia mengungkapkan, meningkatkan kualitas salak wajib hukumnya. Karena akan berimbas pada terdongkraknya harga jual. Edi pun berharap. Pemkab Malang melalui OPD terkait, bersinergi memberikan bantuan alat untuk pembuatan pupuk
“Selain bibit sulit dicari. Kendala lain adalah minimnya produksi pupuk. Kami ingin agar OPD terkait membantu peralatan pembuatan pupuk organik. Kalau pupuk tersedia, maka mutu buah bagus dan harga bisa membaik,” urai Edi.
Menjelang tahun 2021, panen salak melimpah. Hingga mencapai 2,5 ton per hektar. “Alhamdulillah. Kami bisa panen salak. Meskipun masih musim covid. Hasilnya sampai 2,5 ton pada lahan seluas satu hektar,” tandasnya.
Sejumlah petani di Desa Sukodono ini, sudah bertahun-tahun mengembangkan salak Pondoh Lumut dengan sistem semi organik. Jenis ini, dinilai handal. Karena memiliki berbagai kelebihan.
Diantaranya, tidak mudah rontok dan cocok untuk iklim setempat. Ia mulai menanam salak sejak 2002. Di atas lahan 1,5 hektar area. Setelah berumur 4 tahun, salak baru bisa dipanen.
Rata-rata dalam satu kali panen, bisa menghasilkan Rp 1-3 juta. Dijual grosir di Gondanglegi.
Untuk penjualan, selama ini tidak ada kendala. Bisa dijual grosiran. Bisa juga melayani pesanan dan pengiriman.
“Kami juga melayani pengiriman. Saya bersyukur ada juga pembeli dari luar Malang Raya,” pungkasnya. (*jan)