Malang – Sebelum pandemi covid-19, masyarakat telah mengenal ODHIV (Orang Dengan HIV) atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Selama ini dilakukan pendampingan terhadap mereka. Ketika pendemi, caranya berbeda.
Sama halnya dengan rangkaian pembelajaran. Kuliah yang biasa dilaksanakan tatap muka langsung, belum bisa. Kampus menyelenggarakan secara daring atau online.
Demikian juga pendampingan terhadap pasien status HIV positif (ODHIV). Sekolah Tinggi Imu Kesehatan (Stikes) Kendedes Malang. Menggelar praktik klinik online bersama Warga Peduli AIDS (WPA) Turen.
“Kegiatan praktik klinik keperawatan medikal bedah ini, merupakan kompetensi wajib dilalui bagi mahasiswa profesi ners,” tandas Ketua Program Studi Ners STIKes Kendedes Malang Eny Rachmawati M.Kep, kemarin.
Kegiatan dilaksanakan 7-19 Desember 2020. Diikuti 25 mahasiswa Ners STIKes Kendedes. Mendampingi secara online 25 orang pasien dengan status HIV positif (ODHIV). Tergabung dalam Yayasan CAKAP WPA Turen.
Pendampingannya, satu mahasiswa satu pasien. Proses pembelajaran tetap terpenuhi. Meskipun daring. Baik ranah kognitif, psikomotor keterampilan dan sikap dalam berkomunikasi kepada pasien. Khususnya pada orang dengan status HIV positif.
Dimulai serah terima mahasiswa. Dihadiri jajaran pimpinan kampus. Pengurus Yayasan WPA Turen serta Kelompok Dukung Sebaya ODHA WPA Turen. Hari berikutnya, mahasiswa melakukan kontak dengan pasien. Melakukan kajian interaksi secara langsung dengan pasien yang didampingi.
Menggali berbagai keluhan yang dirasakan ODHIV. Berbagi pengalaman hidupnya, semasa divonis status HIV positif hingga saat ini. Minggu kedua, dilakukan intervensi terhadap keluhan yang ditemukan. Diberikan terapi komplementer sebagai upaya penyeimbang terapi medis. Karena mengkonsumsi obat ARV seumur hidupnya.
Terapi komplementer dipandu Yufi Mustofa S.Psi MCH C Ht CH sebagai Master Trainner Komplementer. Memberikan Terapi EFT (Emotional Freedom Technique). Terdiri dari 18 gerakan. Fungsinya, membuat pasien bisa menurunkan gejala nyeri saat timbulnya efek samping dari obat. Serta mengurangi kecemasan pasien pada umumnya.
Ketua WPA Turen, Tri Nurhudi Sasono M.Kep, sekaligus dosen pembimbing lapangan memberikan rerspon positif. Mengapresiasi kegiatan praktik mahasiswa. Pria asal Sedayu Turen ini, menyatakan: Para mahasiswa dapat meningkatkan ketrampilan. Sesuai kompetensi seorang perawat profesional. Meskipun dengan metode daring.
Pasien pun bersemangat. Menemukan metode baru. Terapi komplementer, untuk mengimbangi efek pengobatan ARV.
Semoga kegiatan ini tidak berhenti cukup disini. Tetapi bisa berkelanjutan. Memiliki nilai kemanfaatan terhadap sesama. Tentunya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dalam mencapai eliminasi AIDS tahun 2030. (jan)