Batu – The Legend of Songgoriti. Digawangi Pemkot Batu melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama dengan Among Tani Foundation (ATF) dan seluruh masyarakat Songgoriti. Minggu (13/12/2020) pagi, mendeklarasikan Songgoriti kampung konservasi.
Ditandai penandatanganan komitmen antara perwakilan masyarakat Songgoriti dan jajaran Forkopimda Kota Batu. Setelah itu dilakukan pelepasliaran satwa berupa burung. Sejumlah 144 ekor burung. Serta penanaman 370 bibit pohon. Meliputi cemara rentes, pule dan matoa.
Kepala DLH Kota Batu, Arie Setiawan mengatakan: Pihaknya berharap keberadaan kampung konservasi tak hanya di Songgoriti saja. Pihaknya juga mengupayakan kampung konservasi di daerah lain.
“Sasaran kedua setelah Songgoriti adalah kawasan Sumberbrantas. Setelah dari Sumberbrantas kami akan beralih ke lokasi-lokasi lain di Kota Batu,” katanya.
Setiap lahirnya kampung konservasi. Sangat diperlukan adanya penguatan masyarakat setempat. Karena kampung konservasi harus tetap berkelanjutan. Harus terus dirawat oleh masyarakat. Mulai dari kondisi lingkungan yang harus bersih dan sehat.
“Untuk menjadikan sebuah daerah menjadi kampung konservasi, kami perlu melakukan pemetaan terlebih dahulu. Maka dari itu, setelah ditetapkan menjadi kampung konservasi. Diharapkan tak akan ada lagi penangkapan satwa di area tersebut,” ujarnya kepada DI’s Way Malang Post.
Aries menyatakan, setelah ini Sumberbrantas menjadi target kedua. Untuk dijadikan kampung konservasi. Ini dikarenakan pihaknya memiliki beberapa program. Mulai dari Satu Nama Satu Pohon dan Satu Nama Satu Satwa.
“Tindaklanjut kampung konservasi ini, DLH Kota Batu akan selalu melakukan pendampingan. Sementara itu, untuk kawasan Songgoriti kami menargetkan dan akan terus berupaya agar lebih bagus lagi. Tentunya dengan dibarengi kerjasama dengan dinas lainnya,” bebernya.
Selain itu dalam konservasi juga terdapat tiga pilar utama. Mulai dari pengawasan, pelestarian dan pemanfaatan. Serta ketiga pilar itu harus dilakukan secara kontinyu.
Nantinya, untuk mengawasi kawasan konservasi Songgoriti, masyarakat sekitar akan turut berperan. Jadi ketika nanti ada yang menebang pohon ataupun memburu satwa. Mereka yang akan melaporkan kepada aparat penegak hukum.
Sesuai harapan dan visi misi Walikota Dewanti Rumpoko. Kondisi lingkungan hidup Kota Batu, kualitasnya harus bisa meningkat. Mulai dari kualitas udara, kualitas lingkungan, kualitas hutan dan kualitas manusianya.
“Kami akan meningkatkan kualitas itu, dengan aksi nyata. Seperti yang telah dilakukan hari ini,” jelasnya.
Sementara itu penerapan sistem kuota wisatawan berbasis teknologi saat gelaran The Legend of Songgorti. Menggunakan aplikasi Batu Tracking-19 mendapat respon yang luar biasa dari para pengunjung. Ini dikatakan oleh PIC Batu Tracking-19, Fitriatul Aini.
“Para pengunjung sangat mengapresiasi penerapan seperti ini. Bahkan beberapa pihak juga telah mengatakan. Jika sistem seperti ini sangat baik untuk diterapkan dalam sebuah acara. Karena terdapat sistem kuota mengenai kerumunan,” bebernya.
Untuk total pengunjung yang datang pada acara The Legend of Songgoriti terdapat 200 pengunjung yang bergantian masuk. Karena kapasitas yang tersedia dalam lokasi pelepasliaran satwa hanya 150 orang saja. (ant/jan)