Malang – Dibutuhkan kiprah nyata. Bersatu peduli sesama saat kurva pandemi belum menurun. Salah satunya kreasi Ulfah Hidayati Damamini. Alumnus UMM ini, layak mendapat apresiasi. Karena sukses memberdayakan santri ponpes Al Adalah Desa Padasari, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
“Produk yang kami dampingi, bernama Al-Adalah Ecoprint. Sesuai nama Pondok Pesantrennya Al-Adalah,” tegas perwakilan Perkumpulan Hiduplah Indonesia Raya (Hidora) ini, Jumat (11/12). Tujuannya, memberdayakan santri dan santriwati yang menuntut ilmu di ponpes.
Perempuan asal sumbersari Kota Malang ini menjelaskan: Bahan baku dari kain. Terbuat dari serat alam, bukan sintetis. Untuk eksplorasi kali ini digunakan kain katun dan baby canvas. Proses pembuatan, dari bahan kain hingga menjadi ecoprint siap jual, butuh waktu minimal satu minggu.
Bahannya: kain katun/baby canvas, tawas, soda ash, cuka. Sedangkan alatnya, membutuhkan langseng/dandang untuk mengukus, kompor gas dan LPG, plastik tahan panas, benang kasur dan dedaunan di sekitar pondok. Harga jual dibandrol mulai Rp 25.000 untuk masker, hingga Rp 300.000 untuk kain lembaran ukuran 2 meter x 1,5 meter.
Sistem penjualannya online. Melalui sosmed, youtube, market place maupun WA. Untuk website masih dalam pengerjaan. Ulfah mengungkapkan: Produk ecoprint saat ini berkolaborasi dengan ponpes yang diasuh Kyai Muhamad Tasrifin Salim dan Nyai Idatun Nachriyah.
“Pondok memiliki SDM santri. Mereka perlu dibekali keterampilan. Pada saatnya santri lulus, keluar pondok. Mereka bisa mandiri dengan kemampuan dan ketrampilan yang mereka miliki,” imbuhnya.
Ulfah menguraikan, tantangan pengembangan kreasi/usaha ecoprint banyak sekali. “Kita eksplorasi saat ini. yang bisa dibuat produk-produk. Bahan serat alam selain katun masih banyak yang bisa dicoba,” tuturnya.
Produk ini mempunyai keunggulan, yaitu motif yang bagus. ‘Karena di sini sangat banyak pohon Jati dan jejaknya kuat. Motif yang kita gunakan, dominan daun Jati. Menyesuaikan daerah penghasil Jati, yaitu Jatinegara,” paparnya.
Pertengahan November mulai produksi. Dalam waktu seminggu, penjualan menghasilkan omset puluhan juta rupiah. “Harapan ke depan, ponpes yang didampingi Hidora terus berkembang. Al Adalah Ecoprint sebagai laboratorium usaha di pondok. Produknya bisa menembus pasar internasional,” tukasnya.
Istilah Eco dari kata Ecology atau lingkungan. Setidaknya satu dekade sudah cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia. Hal ini ditandai banyak munculnya produk-produk ‘eco-friendly’ yang mengutamakan bahan, proses produksi hingga menjadi sampah yang masih dapat terurai di alam dan tidak mencemari lingkungan.
“Produk-produk elektronik, kecantikan, kesehatan, fashion dan lainnya, banyak mengalami perubahan. Tidak sedikit dari produk-produk tersebut, banyak memberikan label eco-friendly. Sebagai bentuk kepedulian dan memberikan sumbangsih untuk menjaga kelestarian bumi,” paparnya.
Menurutnya, di dunia tekstil dan fashion, moyang kita dulu sudah menggunakan bagian tanaman atau bahan alam lainnya untuk mewarnai benang atau kain. Terbukti saat ini, di beberapa tempat masih menggunakan bahan-bahan alam. Untuk produk tenun, batik, sarung, dan sebagainya.
“Ecoprint salah satu proses dan metode menggunakan bahan alam. Untuk menghasilkan karya-karya cantik. Sedang booming dan akan semakin digandrungi karena unik, menarik dan ramah lingkungan. Hal ini seiring kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian bumi. Bagaimana kita bijaksana dan cerdas dalam membuat produk, mengkonsumsi dan mengelola sampah yang kita hasilkan,” pungkas Ulfah. (*jan)