Batu – Desa wisata Kota Batu. Belakangan ini menjadi perhatian utama Pemkot Batu. Melalui Dinas Pariwisata (Disparta). Selalu digali potensi dan dikembangkan kualitasnya.
Kota Batu memiliki 24 desa/kelurahan. Lebih dari separonya, telah mendeklarasikan diri sebagai desa wisata.
Upaya Disparta Kota Batu memacu setiap desa di Kota Batu menjadi desa wisata berbuah manis. Hasilnya bisa dilihat dalam Jambore Desa Wisata, kemarin. Event yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, di Jatim Park 3 Kota Batu.
Tiga desa wisata di Kota Batu berhasil menggondol penghargaan Desa Wisata Cerdas, Mandiri dan Sejahtera (Dewi Cemara).
Perolehan itu bisa dikatakan sangat luar biasa. Pasalnya daerah lain tak ada yang bisa menyabet gelar sebanyak itu. Lebih membanggakannya lagi, penghargaan itu diraih ketika Kota Batu berada di zona merah penyebaran covid-19. Ini membuktikan ungkapan Walikota Dewanti benar adanya.
Jika zona merah Covid-19 Kota Batu bukan disebabkan karena klaster pariwisata. Namun lebih dikarenakan klaster keluarga. Selain itu, menunjukkan wisata di Kota Batu sangat aman.
Tiga desa yang berhasil menggondol gelar Dewi Cemara adalah: Desa Sumbergondo, Desa Punten dan Desa Bumiaji. Ketiga desa ini berada di Kecamatan Bumiaji yang secara geografis memiliki daya tarik menampilkan panorama alam yang memukau.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Sidiq mengungkapkan jika prestasi yang diperoleh ini sangat luar biasa. Karena Kota Batu menyabet tiga penghargaan Dewi Cemara. Sedangkan daerah lain hanya satu.
“Dengan diraihnya prestasi ini, semoga bisa memacu dan menjadi inspirasi bagi desa lain. Sehingga bisa mengukir prestasi yang sama. Melalui eksplorasi potensi-potensi pada setia desa/kelurahan,” ujarnya.
Dikatakan Arief, untuk mengembangkan desa berbasis wisata sangat dibutuhkan sinergi yang kuat. Oleh sebab itu, Disparta Kota Batu akan terus berikan stimulus untuk BUMDes. Sebagai salah satu peran untuk membangkitkan geliat potensi desa. Sehingga mampu menarik kunjungan wisatawan.
Menurutnya, salah satu indikator diraihnya penghargaan Dewi Cemara adalah: Kinerja kelembagaan desa wisata dan inovasinya. Selain itu, kualitas layanan wisata yang disuguhkan juga harus luar biasa. Maka dari itu peran BUMDes sangat vital.
Sementara itu, Ketua BUMDes Sumbergondo, Anditya Fitrawan menjelaskan jika sinergi antar elemen masyarakat desa mampu memberikan dampak yang signifikan. Dalam hal mengembangkan potensi desa wisata. Sinergitas antara pemdes, BUMDes, karang taruna, kelompok wanita tani dan PKK bisa berjalan seirama. Sinergi ini yang mengantarkan kami meraih Dewi Cemara.
“Beberapa tahun terakhir ini. Pemdes dan BUMDes maupun elemen masyarakat di Desa Sumbergondo selalu berkolaborasi. Untuk meramu inovasi wisata. Dengan cara menggali potensi desa dan menyuguhkan panorama alam,” ungkapnya.
Desa yang berada di kaki Gunung Arjuno ini meluncurkan sebuah tempat nongkrong bernama D’Goendoe Cafe. Usaha ini dikelola BUMDes dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Terbaru, objek wisata yang ditawarkan yakni Pusung Lading sebuah jalur lintasan berjelajah dengan mengendarai mobil jeep. Dan satu objek wisata lainnya terletak di Glagah Wangi, sebuah tempat camping ground. (ant/jan)