Malang – HERU SANTOSO, boleh jadi merupakan segelintir wasit sepak bola asal Malang, yang pernah menyandang lisensi FIFA (Fédération Internationale de Football Association). Juga masih berkutat memimpin pertandingan kompetisi di Tanah Air. Selain nama-nama pengadil senior. Seperti Romadhon, Heru Sugiri dan Nurhadi.
Menariknya, meski mengantongi lisesi FIFA sejak 2013 silam, Heru Santoso justru tak pernah bertugas memimpin pertandingan level Liga 1. Hanya berkutat di level Liga 2. Namun ia tak putus asa. Kompetisi musim 2021 medatang, berharap dan yakin bisa menembus level Liga1.
‘’Profesi wasit membuat saya jadi banyak pengalaman. Jadi tahu betapa indah dan luasnya negeri ini. Karena beberapa kali memimpin pertandingan di pelosok Indonesia. Sebelumnya khan saya banyak tinggal atau istilahnya bersemedi di Malang saja. Bisa mengenal banyak karakter pemain dan tim. Termasuk ofisial tim tentunya,’’ katanya.
‘’Risiko menjadi wasit, tentu juga sangat besar. Itu terjadi setiap pertandingaan. Tim yang menang tentu senang. Tapi yang kalah, kerap mengkambinghitamkan wasit, ketimbang teknis timnya,’’ ungkap penggila sayur sop itu.
Ada sisi menarik dari sosok Heru Santoso, yang tak pernah diberi kesempatan oleh PSSI memimpin laga-laga Liga di negerinya sendiri. Heru, justru pernah dipercaya FIFA dan juga AFC, memimpin laga penyisihan dan babak grand final even internasional tahun 2013. Yakni pada even Philippines Peace Cup. Saat itu laga di Panaad Stadium, Bacolod, Negros Island Region, Negros Occidental Filipina. Di partai final (15/10/2013) tuan rumah Filipina menundukan Pakistan 3-1.
‘’Ya dijalani saja dulu dan dibuat enjoy. Seperti air mengalir. Meminpin pertandingan kompetis level kedua di Indonesia. Meski saya pernah memegang lisesi FIFA. Insyaallah suatu kelak, saya akan bisa memimpin kompetisi level Liga 1. Tapi saya sendiri pernah pimpin babak final even internasional Philippine Peace Cup 2013 silam di Filipina,’’ ujar pengidola wasit berkepala plontos, Pierluigi Collina asal Bologna, Italia tersebut.
Disela-sela tak ada pertandingan, terutama hampir 10 bulan ini vakum kompetisi, karena maraknya pandemi virus corona (Covid-19), Heru harus back to campus. Alias berkutat dengan pekerjaannya.
Jebolan Persekam Malang Jr U-18 tahun 1997 tersebut, kini masih berdinas sebagai satpam (satuan pengamanan) di lingkungan Kampus UIN Malang (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang), yang dia geluti sejak 2011 silam.
‘’Di kampus UIN Malang, baik mahasiswa-mahasiswi asing dan lokal, rata-rata pemain sepak bola di negaranya. Maupun Malang dan daerah lainnya. Ketika bermain bola dengan mereka di kampus UIN, mereka tahunya kalau saya ini wasit saja. Mereka baru tahu saya punya lisensi FIFA, ketika saya sering menjadi pembicara seputar regulasi pertandingan dalam acara unit kegiatan olah raga kampus UIN. Kalau tidak ada jadwal pertandingan Liga 2, ya sehari-hari saya kembali bekerja sebagai sekuriti atau satpam kampus,’’ imbuh pria kelahiran Malang, 27 Februari 1979 itu, kepada kepada DI’s Way Malang Post.
Sebagai pemain, Heru justru hanya sampai level yunior. Yakni bersama tim Persekam Malang Jr U18 tahun 1997, di posisi gelandang bertahan. Namun karena merasa sulit berkembang dan karena dihantam cedera kaki, dalam usia 25 tahun dia akhirnya memutuskan bekerja dan menjadi pengadil di lapangan hijau.
‘’Saya mulai ikuti kursus wasit CI dan C2 tahun 2005-2006, lewat PSSI Pengcab Kota Malang. Sampai lolos verifikasi ikuti lisensi FIFA tahun 2013 di Bangkok. Tahun 2011, saya diterima bekerja sebagai sekuriti di kampus UIN. Tentang pekerjaan ini, saya tak merasa gengsi. Karena di mata saya, semua pekerjaan adalah mulia dan sepanjang halal, tidak ada masalah,’’ tandas pengidola Bima Sakti Tukiman itu.
Heru yang mengagumi sosok Nabi Muhammad SAW itu, dalam kesehariannya, baik ketika bekerja maupun menjalani profesi wasit, bersandarkan pada filosofi, ‘Selalu rendah hati dan jadilah insan yang bermanfaat bagi orang lain’.
‘’Saya selalu punya mimpi, suatu saat kelak, Insyaallah bisa memimpin pertandingan level Asia bahkan dunia. Tak hanya nasional. Untuk sepak bola Indonesia, saya hanya berharap akan menjadi lebih baik dan dibawa kembali ke khitahnya. Yaitu sebagai alat pemersatu bangsa maupun prestasi,’’ tandasnya.
‘’Semoga juga wabah Covid-19 cepat berlalu dan semua aktivitas sepak bola atau kompetisi bisa kembali berlanjut dan lainnya kembali normal,’’ tandas suami dari Sutri Kamsiana Santari itu. (act/rdt)
Biodata :
Nama : Heru Santoso
Lahir : Malang; 27 February 1979
Profesi : Wasit Liga 2
Lisensi : FIFA di Bangkok 2013, C1 di Malang 2006, dan C2 di Malang 2005
FIFA (2013)
Pekerjaan : Securiti (satpam) Kampus UIN Malang (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)
Alamat : Jalan Raya Candi III/235 Karang Besuki, Malang
Pendidikan : SD Karangbesuki 1 Malang, SMP Muhammadiyah 1 Malang, dan SMK Muhammadiyah 1 Malang
Istri : Sutri Kamsiana Santari
Anak : Muhammad Fahry Noer Shiddiq dan Djariyanto dan Yunanik
Karir pemain : Gelandang Persekam Malang Jr U-18 tahun 1997
Hobi : Membaca dan travelling
Filosofi : Rendah hati dan jadilah insan yang bermanfaat bagi orang lain
Makanan favorit :Sayur sop
Minuma favorit : Jus buah
Pemain idola : Bima Sakti Tukiman
Wasit idola : Pierluigi Collina (Bologna, Italia)
Klub idola : AC Milan (Italia)
Sosok idola : Nabi Muhammad SAW